Selasa, 13 September 2011

MI keluhkan sulitnya pasarkan reksadana syariah

JAKARTA. Manajer Investasi (MI) mengeluhkan sulitnya memasarkan reksadana syariah. Hal tersebut membuat pertumbuhan reksadana syariah stagnan. Direktur Utama PT BNI Asset Management Idhamshah Runizam memaparkan sejumlah penyebabnya antara lain, jenis aset penyertaan alias underlying asset yang digunakan untuk reksadana syariah masih sedikit.

Di sisi lain, sumber daya manusia (SDM) untuk tenaga yang memasarkan reksadana syariah juga masih kurang. "Pengetahuan investor terhadap reksadana syariah juga masih minim sehingga pertumbuhannya masih minim," tuturnya kepada KONTAN, Senin (12/9).

BNI Asset Management memiliki dua produk reksadana syariah, yakni reksadana syariah pendapatan tetap bernama BNI Dana Syariah dan reksadana syariah campuran bernama BNI Danaplus Syariah. Menurut Idham, NAB untuk dua produk tersebut masih di bawah Rp 100 miliar."NAB-nya tidak bagus, tidak sampai Rp 100 miliar," ujarnya.

Kendati demikian, dia meyakini reksadana syariah masih bisa berkembang pesat di Indonesia. Pasalnya, sekitar 80% penduduk di Indonesia merupakan muslim sehingga menjadi pasar yang potensial untuk reksadana syariah.

"Pasarnya masih besar dan belum banyak yang tersentuh. Selain itu, reksadana syariah lebih menguntungkan bagi investor karena memakai sistem bagi hasil sedangkan yang konvensional memakai bunga," tuturnya.

Oleh karena itu, tahun depan pihaknya berencana untuk menerbitkan reksadana syariah baru. Namun, Idham masih enggan membocorkan rencana tersebut. "Kami masih fokus di konvensional dulu karena baru saja spin off dari BNI Securities. Tahun depan mungkin kami terbitkan reksadana syariah," tuturnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar