Kamis, 22 September 2011

Rupiah Jeblok, IHSG Anjlok Hampir 9%

Medium
INILAH.COM, Jakarta - IHSG melanjutkan koreksi perdagangan kemarin, dengan luluh lantak hampir 9%. Memburuknya sentimen regional dan global serta anjloknya rupiah membebani pergerakan bursa.

Pada perdagangan Kamis (22/9), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun drastis 328,35 poin (8,88%) ke level 3.369,14, dengan intraday terendah di 3.360,19 dan tertinggi di 3.695,93. Demikian pula indeks saham unggulan LQ45 yang turun 64,93 poin (10,09%) ke 578,46.

Sepanjang perdagangan, indeks bergerak di teritori negatif, dengan grafik turun. Dibuka langsung anjlok 2,13% ke level 3.618 dan terus terpuruk hingga pada sesi siang bertengger di angka 3.470 dan akhirnya ditutup di level 3.368.

Satrio Utomo dari Universal Broker Indonesia mengatakan, IHSG hari ini turun drastis, mengikuti pelemahan bursa regional dan global. “IHSG kembali mengalami tekanan koreksi seiring sentimen negatif dari bursa global dan diperparah oleh pelemahan tajam nilai tukar rupiah,“ujarnya.

Menurutnya, kegagalan IHSG kemarin ditutup di atas suport 3710 sudah mensinyalkan sesuatu yang buruk akan terjadi. Hal ini ditambah bursa AS ditutup terkoreksi signifikan semalam sekitar 2,5% seiring penurunan rating 3 bank besar AS yakni Bank of America, Citigroup dan Wells Fargo & Co. oleh Moody’s.

Selain itu, hasil pertemuan FOMC ternyata juga mengecewakan pasar. The Fed menyatakan bahwa ekonomi AS berada dalam resiko perlambatan, meski kemudian diikuti dengan kebijakan stimulus pembelian SUN bertenor panjang senilai US$400 miliar untuk menekan suku bunga pinjaman di AS.

Menurut data Bloomberg pukul 05.00 WIB, rupiah diperdagangkan melemah 0,06% ke level 9.023 per dolar AS ketimbang posisi kemarin. Analis PT Bank Saudara Rully Nova mengatakan, pelemahan rupiah dipicu kepanikan pelaku pasar.

Hal ini terjadi setelah bank sentral AS (The Fed) dengan jelas tidak menyebutkan program paket stimulus dalam upaya memperbaiki ekonominya. “The Fed hanya menyebutkan akan tetap mempertahankan suku bunga rendah dua tahun kedepan dan akan menerbitkan obligasi dari jangka pendek ke jangka menengah,” katanya.

Perdagangan di Bursa Efek Indonesia didukung volume transaksi sebesar 6,071 miliar lembar saham, senilai Rp 11,037 triliun dan frekuensi 173.509 kali. Sebanyak 7 saham naik, sisanya 304 saham turun, dan 19 saham stagnan.

Koreksi bursa didukung keluarnya dana asing, dimana nilai transaksi jual bersih (net foreign sell) tercatat sebesar Rp825 miliar. Rinciannya adalah transaksi jual sebesar Rp6,152 triliun dan transaksi beli mencapai Rp5,326 triliun.

Semua sektor terkoreksi lebih dari 6%, dimana sektor finansial memimpin pelemahan sebesar 10,4%, disusul industri dasar sebesar 10,25%. Kemudian sektor tambang yang anjlok 9,6%, aneka industri 9,1%, dan manufaktur 8,6%. Demikian pula sektor infrastruktur 7,9%, perkebunan 7,6%, konsumer 7,2% dan properti 7,1%.

Beberapa emiten yang melemah antara lain Astra Internasional (ASII) turun Rp 6.050 ke Rp 58.000, Indo Tambangraya (ITMG) turun Rp 5.250 ke Rp 48.750, Multibreeder (MBAI) turun Rp 4.800 ke Rp 19.200, dan HM Sampoerna (HMSP) turun Rp 3.200 ke Rp 28.500.

Sedangkan emiten-emiten lain yang menguat antara lain Century Textile (CNTX) naik Rp 100 ke Rp 6.800, Indonesia Paradise (INPP) naik Rp 60 ke Rp 250, Goodyear (GDYR) naik Rp 50 ke Rp 9,350, dan Elang Mahkota (EMTK) naik Rp 50 ke Rp 2.250.

Bursa regional Asia juga terpuruk dalam zona negatif. Indeks Komposit Shanghai jatuh 69,91 poin (2,78%) ke level 2.443,06, indeks Hang Seng anjlol 912,22 poin (4,85%) ke level 17.911,95, indeks Nikkei 225 turun 180,90 poin (2,07%) ke level 8.560,26, indeks Straits Times melemah 2,56% ke level 2.720,42 dan indeks Kospi melemah 2,9% ke 1.800,55. [mdr].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar