Kamis, 22 September 2011

Pasar Finansial RI Ikut 'Guncang'

Jakarta - Pasar finansial Indonesia tak luput dari gejolak pasar finansial global, setelah Bank Sentral AS (Federal Reserve) menyatakan risiko penurunan ekonomi AS semakin signifikan. Hal itu masih diperburuk oleh krisis Eropa yang belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan.

Mengikuti anjloknya pasar saham global, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Kamis (22/9/2011) pukul 10.50 waktu JATS tercatat merosot hingga 180,846 poin (4,89%) ke level 3.516,648. Ini adalah posisi terendah IHSG sepanjang tahun ini.

Sementara nilai tukar rupiah masih tenang di posisi 8.950 per dolar AS berkat 'penjagaan' ketat dari Bank Indonesia. Namun untuk Non Deliverable Forward (NDF) rupiah terhadap dolar AS sudah di posisi Rp 9.300. NDF merupakan produk derivatif valas yang diperdagangkan secara over the counter.

Pasar NDF menawarkan alat lindung nilai alternatif untuk investor asing yang memiliki eksposure mata uang lokal atau instrumen spekulatif bagi mereka untuk mengambil posisi offshore atas mata uang lokal.

Kemerosotan pasar finansial Indonesia berbarengan dengan pasar finansial global ini merupakan respons setelah The Fed mengumumkan hasil pertemuannya selama 2 hari. Bank Sentral AS mengingatkan perekonomian AS menghadapi proyeksi ekonomi yang seram. Pernyataan tersebut langsung membuat bursa Wall Street merosot tajam hingga lebih dari 2%.

Saham-saham kembali mencatat penurunan terburuknya dalam 1 bulan terakhir setelah The Fed mengatakan ada risiko penurunan yang signifikan pada perekonomian AS meski mereka kemudian mengumumkan sejumlah langkah untuk mendorongnya.

Hasil pertemuan Bank Sentral AS juga memutuskan untuk program pembelian surat berharga senilai US$ 400 miliar untuk menekan tingkat suku bunga pinjaman. The Fed akan menjual surat utang pemerintah AS berjangka pendek untuk menukarnya dengan surat utang yang berjangka lebih panjang.

Rencana US$ 400 miliar yang disebut sebagai "Operation Twist" itu justru membuat investor khawatir karena hanya memiliki dampak sedikit pada kredit di tengah perekonomian yang terlihat mengalami stagnasi. Investor kurang optimistis dibandingkan sejumlah kebijakan stimulus yang diluncurkan the Fed sebelumnya.

Keputusan itu sebelumnya telah membuat bursa Wall Street jatuh. Pada perdagangan Rabu (21/9/2011), indeks Dow Jones industrial average ditutup merosot hingga 283,82 poin (2,49%) ke level 11.124,84. Indeks Standard & Poor's 500 juga melemah 35,33 poin (2,94%) ke level 1.166,76 dan Nasdaq merosot hingga 52,05 poin (2,01%) ke level 2.538,19.

Sementara harga surat utang AS jangka panjang langsung melonjak, sehingga tingkat imbal hasilnya anjlok tajam ke titik terendahnya dalam 60 tahun terakhir merespons rencana penukaran surat utang jangka pendek ke jangka panjang senilai US$ 400 miliar tersebut.

Dirjen Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, Rahmat Waluyanto mengatakan, penurunan yield US Treasury yang cukup tajam tersebut merefleksikan kekhawatiran investor global akan kondisi krisis yang dipersepsikan semakin memburuk.

"Beberapa bank di Eropa, 2 di Prancis dan 1 di Italia sudah di-downgrade ratingnya. Apalagi Italia juga sudah di-downgrade," ujar Rahmat kepada detikFinance, Kamis (22/9/2011).

"Untuk mengurangi potensi risiko, investor global melakukan 2 hal yakni memindahkan dananya ke US Treasury sebagai safe haven dan melindungi aset keuangan dengan membeli US$ sebagai hedging melalui transaksi NDF," tambahnya.

Keputusan investor global untuk mengurangi risiko itu memberi dampak langsung ke Indonesia. Rahmat mengatakan, NDF rupiah terhadap dolar AS sudah melemah ke posisi 9.300, sementara harga Surat Utang Negara (SUN) terkoreksi 200 basis poin (bps) dan kepemilikan asing turun sekitar 2%. Hal itu terjadi meski secara fundamental tidak ada masalah dengan perekonomian Indonesia.

"Tapi investor jangka panjang belum terlihat keluar," tegasnya.

"Kami terus memantau perkembangn pasar bersama dengan BI dan Bapepam-LK dan siap menerapkan CMP (Crisis Management Protocol), juga melakukan operasional pasar untuk stabilisasi," tambah Rahmat.
(qom/dnl)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar