Selasa, 18 Oktober 2011

Saatnya Melirik Saham Bank

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kekhawatiran bahwa inmflasi akan melonjak pada September kemarin, ternyata meleset. Berdasarkan pengumuman BPS bulan lalu inflasi hanya 0,27%.

Dengan tingkat yang cukup terkendali itu, banyak pihak yakin inflasi tahun ini akan di bawah asumsi APBN-P 2011 sebesar 5,3%. Inflasi yang mendingin diharapkan akan menjadi pendorong penuruna BI rate lebih lanjut.

Seperti diketahui, dua pekan lalu BI menurunkan BI rate sebesar 0,25% menjadi 6,5%. Namun jika Oktober ini inflasi masih tetap terkendali, banyak pihak yakin BI rate akan dipangkas 25 basis poin lagi menjadi 6,25%. Atas dasar itulah, para analis memberikan rekomendasi potif atas saham-saham perbankan.

Soalnya, jika BI rate dipangkas lagi, perbankan akan lebih leluasa mengucurkan kreditnya. Kredit macet atau NPL juga akan semakin terjaga. “Dengan rendahnya NPL, cadangan yang harus disiapkan bank untuk mengatasi keredit macet akan turun. Sehingga, laba tahun ini diharapkan akan meningkat,” kara seorang analis dari Kresna Securities.

Mungkinkah BI rate dipangkas lagi? “Saya kira itu tergantung pada timing dan magnitude,” Ferry Warjiyo, Direktur Direktorat Riset Ekonomi & Kebijakan Moneter BI. Hingga September kemarin inflasi year to year (September 2010 – September 2011) mencapai 4,61%.

Biasanya, menurut Ferry, inflasi Oktober akan rendah dan baru akan naik kembali pada November. Namun Desember inflasi bisanya relatif kecil. Karena itu, Ferry optimistis inflasi tahun ini akan berkisar 4,7% sampai 4,9% atau di bawah target APBN-P 2011 sebesar 5,7%. Dengan kata lain, masih ada ruang bagi BI untuk kembali menurunkan suku bunga acuan sebesar 0,25%. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar