Selasa, 18 Oktober 2011

Saham Bank: Pilih Dividen atau Gain?

INILAH.COM, Jakarta – Mayoritas valuasi saham perbankan, masih berada di bawah rata-rata industri 13 kali. Tapi, ada dua emiten yang sudah jauh melampauinya. Pilihan pasar, dividen atau gain?

Kepala Riset Valbury Asia Securities Alfiansyah mengatakan, dengan penurunan suku bunga acuan (BI rate) 25 basis poin ke 6,50% pada Selasa (11/10/2011) lalu, suku bunga bank pun cenderung turun. Kondisi ini, menurutnya, berimbas positif bagi emiten-emiten sektor perbankan.

Pasalnya, kesehatan Non Performing Loan (NPL) bisa terjaga karena pembayaran bunga dan pokok pinjaman pun akan menjadi lancar. Ini akan memobilisasi masalah pendanaan atau likuiditas perbankan. “Syaratnya, penurunan BI rate diiringi dengan usaha perbankan untuk mengenjot sektor kreditnya sehingga bisa mendulang pendapatan bunga nantinya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Senin (17/10).

Di sisi lain, lanjutnya, bagi deposan, penurunan BI rate itu masih dalam skala yang wajar. Nasabah tetap menganggap bank sebagai tempat menyimpan dana yang paling aman daripada di bawah bantal. “Karena itu, penurunan BI rate berimplikasi positif bagi sektor perbankan,” ujarnya.

Alfiansyah menegaskan, meski dipangkas, BI rate tetap atraktif karena lebih tinggi dari suku bunga Australia 4,75%. Menurutnya, hanya suku bunga China yang lebih tinggi 6,56%. “Tapi, jika dilihat dari real interest rate, BI rate tetap lebih tinggi,” timpalnya.

Sebab, dengan inflasi September 2011 sebesar 4,61% (year on year), real interest rate Indonesia 1,8%. Sedangkan inflasi China 6,1% sehingga real interest rate-nya tinggal 0,46%. “Dari sisi investasi, suku bunga Indonesia masih menarik,” tandas Alfiansyah.

Sementara itu, bank-bank yang ekspansif menggenjot kredit dan tetap melakukan efisiensi, di rangking pertama adalah PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI). BBRI sukses pada pendapatan bunga kredit dan efisiensi serta berakhir pada laba yang lebih baik. “Karena itu, laba BBRI pada semester I-2011 mencapai 57% sebesar Rp26,8 triliun,” paparnya.

Di posisi kedua ditempati Bank Mandiri (BMRI) dengan kenaikan laba bersih 56,7% senilai Rp25,8 triliun; Lalu, disusul laba PT Bank Negara Indonesia (BBNI) yang naik 41,13% senilai Rp13,6 triliun, PT Bank Danamon (BDMN) naik 2,79% senilai Rp2,79 triliun dan PT Bank Central Asia (BBCA) naik 20,4% senilai Rp15,1 triliun.

Di sisi lain, lanjutnya, saham sektor perbankan juga didukung oleh faktor pertumbuhan ekonomi. Beberapa institusi baik pemerintah maupun asing, memperkirakan, PDB Indonesia sejauh ini relatif lebih baik.

Bank Indonesia (BI) pun terakhir berekspektasi, PDB RI mencapai 6,5% hingga akhir 2011. Bahkan, PDB pada kuartal keempat 2011 bisa mencapai 6,7%. Begitu juga dengan ramalan yang tidak jauh berbeda dari International Monetary Fund (IMF) dan World Bank.

“Pertumbuhan ini, tentu akan ditopang oleh sektor perbankan yang menyalurkan kredit sehingga jadi motor pertumbuhan ekonomi. Diawali penyaluran kredit ke sektor riil,” papar Alfiansyah.

Dia merekomendasikan positif saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dengan target Rp7.100 karena Price Earning Ratio (PER) masih murah 10,7 kali sehingga harga sahamnya masih berpeluang naik. Begitu juga PT Bank Mandiri (BMRI) dengan target Rp7.000 karena PER masih di level 11,2 kali; PT Bank Negara Indoensia (BBNI) dengan target Rp3.800 karena PER masih murah di level 11,6 kali dan PT Bank Jabar Banten (BJBR) dengan target Rp1.000 dengan PER 7,2.

Dia merekomendasikan beli saham-saham tersebut karena dari sisi valuasi masih murah dibandingkan rata-rata PER perbankan sebesar 13 kali. “Saya rekomendasikan beli hingga target harga tersebut tercapai sebelum akhir tahun. Jika tercapai, harganya sudah mencapai PER rata-rata industri 13 kali untuk 2011 dan 11,3 kali untuk 2012,” paparnya.

Sementara itu, untuk PT Bank Central Asia (BBCA) dan PT Bank Danamon (BDMN) kurang mendapat rekomendasi positif. “Sebab, valuasi saham sudah mahal di atas rata-rata PER industri dengan PER 19,2 kali (BBCA) dan 13,9 kali (BDMN),” imbuhnya.

Dihubungi terpisah, pengamat pasar modal Willy Sanjaya mengatakan, penurunan BI rate 25 basis poin, membuat saham-saham sektor perbankan bergerak aktif. Di sisi lain, saham-saham perbankan juga bakal segera merilis kinerja keuangan kuartal III-2011 paling telat awal November 2011. “Secara historis fundamental, laba bersih emiten sektor ini naik hingga 20%,” ungkapnya.

Secara umum, Willy merekomendasikan positif semua saham di sektor perbankan. Tapi, secara khusus ia menjagokan saham-saham BUMN. BMRI dengan target akhir 2011 Rp7.000 dan PER 12 kali; BBNI target Rp4.200; BBRI Rp7.000 dengan PER 11,9 kali; BJBR ditarget Rp1.200 dengan PER masih sangat murah 8,57 kali; BBCA Rp9.100 dan PER sudah mahal 20 kali; BDMN Rp5.700 dan PER 16,45; dan PT Bank Bukopin (BBKP) dengan target Rp750 dan PER paling murah 7,29 kali.

Willy menjelaskan, PER saham BBCA dan BDMN sudah tinggi. Tapi, ia tetap merekomendasikan buy saham-saham tersebut karena bepeluang untuk naik. Bagi investor yang dananya pas-pasan, tentu lebih baik beli saham murah seperti BJBR dan BBKP.

“Tapi, bagi investor yang mengharapkan dividend yield, lebih baik pilih BBCA, BBRI dan BMRI yang rajin memberikan dividen. Ketiga saham tersebut, tentu memberikan dividen lebih besar,” imbuhnya. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar