Selasa, 18 Oktober 2011

Ups! Ekonomi China Q3 Paling Lambat Sejak Q2-2009

Medium
INILAH.COM, Jakarta - Ekonomi China mereda sedikit pada kuartal ketiga, tumbuh di laju paling lambat sejak kuartal kedua 2009 akibat mesin pertumbuhan ekonomi dunia ini lagi memperketat kebijakan moneter dan mengurangi permintaan luar negeri.

Mengutip Reuters, produk domestik bruto naik 9,1 persen pada kuartal ketiga dari tahun lalu, atau turun moderat dari kuartal kedua 9,5 persen, sedikit di bawah perkiraan pasar di 9,2 persen.

Data ini menunjukkan China tidak tahan untuk keluar dari krisis utang zona euro dan menyoroti bahwa negara ekonomi terbesar kedua dunia ini memiliki mitra dagang utama, Eropa, yang masih belum memecahkan masalah utangnya.

Namun, pelonggaran pertumbuhan yang relatif moderat tidak pertanda pergeseran dalam kebijakan moneter, menurut Connie Tse, konsultasi ekonom di Forecast Singapore.

"Berdasarkan vew bahwa China harus bertindak lebih agresif di tahun-tahun awal dengan kebijakan suku bunga dan tekanan harga masih bermasalah, tidak ada skenario epndaratan keras, kita tidak melihat ruang untuk penurunan suku bunga dalam waktu dekat," kata Tse.

Investasi aset tetap - driver inti dari pertumbuhan ekonomi China - berlanjut pada kecepatan yang kuat, tumbuh 24,9 persen pada periode Januari hingga September, sedikit lebih cepat dari yang diperkirakan 24,8 persen.

Data perdagangan pekan lalu menunjukkan pertumbuhan tahunan ekspor China ke Eropa lebih dari setengah dari Agustus, dengan pertumbuhan ekspor China s keseluruhan jatuh ke posisi terendah dalam tujuh bulan.

Biro Statistik China mengatakan dalam sebuah pernyataan dengan merilis data bahwa perekonomian menghadapi ketidakpastian yang meningkat bnaik di dalam dan di luar negeri dan menyerukan pemeliharaan kebijakan ekonomi yang stabil. Aktivitas lebih lambat dapat membantu beberapa proses stabilisasi karena menyiratkan beberapa tekanan inflasi, dan penurunan harga.

Inflasi China, meskipun terjadi pelonggaran, berjalan pada laju tahunan sebesar 6,1 persen pada September, mendekati level tertinggi dalam tiga tahun medekati 6,5 persen pada Juli.

Untuk mengatasi kenaikan harga dan mencegah kerusuhan sosial, Beijing menaikkan suku bunga lima kali dan persyaratan cadangan bank sembilan kali dalam satu tahun terakhir. Namun, prospek ekonomi dunia yang gelap telah memaksa Beijing untuk membuat kebijakan sejak Juli, dengan beberapa analis bertaruh bahwa otoritas bahkan mungkin melonggarkan kebijakan untuk mendukung pertumbuhan jika diperlukan.

Untuk menopang ekonomi, analis mengatakan China bisa memilih untuk sedikit melonggarkan kontrol kredit atau bahkan memotong persyaratan cadangan bank dari rekor tertinggi untuk mendorong pinjaman lebih untuk perusahaan, terutama yang lebih kecil. "Kebijakan China telah overtightened sejak Mei. Hal ini telah meningkatkan risiko pinjaman, serta melambatnya pertumbuhan ekonomi global sejak kuartal kedua," kata Dong Xian, Ketua Ekonom Peking First Advisory. "Risiko dari perlambatan ekonomi yang tajam di China masih ada. Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi China melambat menjadi sekitar 8,6 persen pada kuartal keempat," tambah Dong. Tetapi sedikit yang yakin China akan mengatur untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat mengingat tekanan harga yang tinggi.

"Saya tidak berpikir mereka akan melakukan gerakan (di tingkat) dalam waktu dekat. Lalu mungkin setelah beberapa kuartal, sebelum pertengahan tahun depan, apakah semuanya baik-baik saja, saya pikir mereka akan terus menaikkan suku bunga, tidak menurunkan bunga bunga," kata Ting Lu, ekonom di Bank of America-Merrill Lynch di Hong Kong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar