Kamis, 26 Mei 2011

Ada Kesempatan dalam Kesempitan di Bursa Saham

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Beberapa hari ke depan merupakan saat yang menentukan bagi pemilik uang untuk membuat keputusan. Sebab, pekan depan The Fed akan mengumumkan quantitative easing jilid III.

Seperti biasa, beberapa hari sebelum kebijakan stimulus itu diumumkan, para investor melakukan antisipasi dengan cara mengoleksi dolar. Tujuannya, apalagi kalau bukan untuk mengamankan kekayaan mereka dari kerugian kurs. Hal yang juga ditunggu pelaku pasar adalah laporan kondisi Amerika dan sejumlah negara Eropa.

Aksi pengamanan itu tampak jelas dari menguatnya dolar dalam beberapa hari belakangan. Selasa (24/5) kemarin, misalnya. Di hari itu, uang kesayangan rakyat Indonesia itu diperdagangkan di kisaran Rp8.560-8.575 per dolar yang kemudian ditutup level Rp8.567.

Sehingga, jika dibandingkan dengan penutupan pekan lalu, nilai tukar rupiah melemah Rp7. “Dalam beberapa hari belakangan ini semua mencari aman. Kami pun tidak mau berspekulasi memegang rupiah,” kata seorang pialang pasar uang di Jakarta.

Ketergantungan pada laporan kondisi perekonomian Amerika dan beberapa negara Eropa yang tengah dilanda krisis moneter, memang, membuat banyak orang sebal. Sebab, hal itu bukan hanya mengombang-ambingkan nilai tukar rupiah, tetapi juga mempengaruhi perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Itu sebabnya, kendati Selasa kemarin sempat menguat 0,2%, indeks harga saham gabungan (IHSG) dalam beberapa hari ke depan diperkirakan akan bergerak mendatar lataran investor menahan diri. Kendati begitu, bukan berarti pemodal harus berhenti bermain. Mereka bisa mengoleksi saham-saham yang masih berpotensi memberikan gain.

Hanya saja Reza Priyambada, Managing Research Indosurya Asset Management, menyarankan agar trading dilakukan secara hati-hati. Ini penting agar investor memiliki amunisi yang cukup pada saat saham-saham unggulan bangkit. “Bila data-data ekonomi Amerika dan Eropa yang akan dirilis positif, indeks bisa menguat. Jika sebalinya, indeks akan mixed,” katanya.

Ada beberapa saham yang direkomendasikan para analis. Di antaranya adalah PT Gas Negara (PGAS) dan PT Astra Internasional (ASII). Saham batubara juga dianjurkan untuk dibeli lantaran ada tambahan permintaan batu bara dari Eropa sebesar 6,5 juta ton untuk pembangkit listrik. Sementara Reza merekomendasikan saham-sxaham konsumsi. “Saham-saham konsumsi akan naik karena sebentar lagi masuk masa liburan sekolah,” katanya. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar