Kamis, 26 Mei 2011

Sinyal kenaikan permintaan bahan bakar AS picu reli minyak ke level US$ 101

Sinyal kenaikan permintaan bahan bakar AS picu reli minyak ke level US$ 101
NEW YORK. Minyak mentah naik di dekat level tertinggi dua pekan di New York karena adanya sinyal kenaikan permintaan di Amerika Serikat. Sinyal positif permintaan terjadi setelah laporan pemerintah AS yang menunjukkan penurunan tajam persediaan bahan bakar hasil suling, berupa minyak diesel dan minyak pemanas.

Kontrak minyak WTI untuk pengiriman Juli naik 4 sen ke level US$ 101,36 per barel dalam perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange, pukul 08.55 waktu Sydney. Semalam, kontrak ini naik US$ 1,73 ke posisi US$ 101,32 per barel, harga tertingginya sejak 10 Mei.

Sementara, minyak Brent untuk penyelesaian Juli reli 2,1% ke US$ 114,93 per barel di London ICE Europe, kemarin. ni adalah harga penyelesaian tertinggi sejak 10 Mei.

Kemarin, Departemen Energi mengatakan stok bahan bakar suling (distilat) turun 2,040 juta barel menjadi 141,1 juta barel pada pekan lalu. Ini tingkat terendahnya sejak April 2009. Permintaan bahan bakar naik 10% menjadi 3,98 juta barel sehari. Sementara, stok bensin naik 3,79 juta barel menjadi 209,7 juta barel. Ini kenaikan terbesarnya sejak Februari. Namun, stok minyak mentah naik 616.000 barel menjadi 370,9 juta barel, meleset dari perkiraan akan adanya penurunan 1,5 juta barel.

Analis dan broker Tradition Energy Gene McGillian menyebut, data pasar memperlihatkan tingginya kenaikan stok bensin dalam waktu yang cukup lama karena besarnya penurunan pada bahan bakar distilat. "Pasar bergerak dalam kisaran terbatas dan mencoba break out di atas US$ 100," ujarnya.

Kemarin, Wakil Perdana Menteri Irak Hussain al-Shahristani menyebut, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan mempertahankan kuota produksi tidak berubah pada pertemuan 8 Juni, di Wina. Pasalnya, tersedia pasokan minyak yang cukup untuk memenuhi permintaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar