Senin, 23 Mei 2011

Geopolitik Timur Tengah Dongkrak Rupiah

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (23/5) diprediksi menguat. Tensi geopolitik Timur Tengah pascapertemuan Obama-Netanyahu jadi pemicunya.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, potensi penguatan rupiah awal pekan ini, terutama dipicu oleh peluang kenaikan harga komoditas akibat kenaikan tensi geopolitik Timur Tengah-Amerika Serikat. Menurutnya, awal pekan ini, pasar akan kembali fokus pada masalah itu.

Sebab, lanjut Christian, pertemuan Presiden AS Barack H Obama dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Sabtu (21/5) dinihari WIB akan berpengaruh pada kondisi Timur Tengah ke depannya. "Karena itu, rupiah akan melanjutkan tren penguatan sebelumnya, ke level 8.520 per dolar AS dan batas pelemahannya 8.545," katanya kepada INILAH.COM.

Menurut Christian, Obama memberikan keterangan terkait kebijakan AS di Timur Tengah terutama soal upaya Irael yang akan mengisolasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terhadap geopolitik Timur Tengah. "Untuk sementara, pertemuan tersebut memang tidak mengarah pada konflik. Tapi, Obama menolak upaya isolasi Israel terhadap PBB itu," tuturnya.

PBB berupaya masuk ke Timur Tengah tapi diisolasi oleh Israel. AS termasuk pihak yang tidak menyetujui isolasi Israel atas PBB di Timur Tengah. "Kondisi itu, menambah sentimen negatif di Timur Tengah," timpal Christian.

Apalagi, lanjutnya, konflik di Libya belum usai yang telah mendorong harga komoditas ke level tertingginya. Kondisi itu, tentu semakin parah setelah AS dan Israel tidak menemukan titik temu sehingga ketidakpastian geopolitik bertambah. "Jadi, ada peluang harga minyak kembali naik sehingga memicu pelemahan dolar AS dan otomatis mengangkat nilai tukar rupiah," imbuh Christian.

Asal tahu saja, kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Jumat (20/5) ditutup menguat 17 poin (0,19%) ke level 8.531/8.541 per dolar AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar