Senin, 23 Mei 2011

CPRO makin fokus ke olahan udang

CPRO makin fokus ke olahan udang
JAKARTA. PT Central Proteinaprima Tbk (CPRO) akan membeli mesin baru untuk pengolahan udang. Nilai investasi untuk alat tersebut berkisar Rp 20 miliar–Rp 30 miliar. Emiten ini akan menggunakan kas internal untuk menutup kebutuhan dana.

CPRO menjelaskan, fasilitas produksi baru itu memungkinkan variasi produk yang lebih banyak serta hasil yang lebih baik. “Pendapatan bisa ditingkatkan dari harga jual. Kenaikan harga jual bisa dilakukan dengan meningkatkan nilai jual,” kata Mahar Sembering, Presiden Direktur CPRO, pekan lalu.

Kondisi ekonomi negara tujuan ekspor CPRO yaitu Amerika dan Eropa yang saat ini sedang mengalami krisis ekonomi menjadi pertimbangan perusahaan. “Kami tidak bisa mematok kenaikan harga karena bergantung pada kemampuan penyerapan pasar di negara tersebut," kata Mahar.

Namun dia mengatakan, tahun lalu CPRO berhasil menaikkan harga rata-rata 18%-20% dibanding tahun 2009, menjadi US$ 8,65 per kg udang. Tahun ini, CPRO akan kembali berusaha menaikkan harga jual produknya.

Dengan asumsi adanya kenaikan nilai jual, manajemen CPRO mematok target pendapatan tahun 2011 sama seperti tahun sebelumnya, sebesar Rp 6,24 triliun.

Tahun ini, CPRO memang tidak seagresif sebelumnya. Maklum, PT Aruna Wijaya Sakti (AWS) yang merupakan mitra tambak CPRO masih terlibat kisruh dan berhenti beroperasi sejak 7 Mei 2011 lalu. Padahal, kalau melihat catatan tahun lalu, kontribusi AWS sekitar 27,08% dari total keseluruhan produksi udang CPRO sebanyak 51.401 ton.

Manajemen CPRO mengaku belum memiliki target kapan AWS berproduksi kembali. Untuk menutupi kekurangan dari AWS, CPRO berusaha meningkatkan produksi Centralpertiwi Bahari (CPB) dan Wachyuni Mandira (WM).

CPRO memproyeksikan CPB menaikkan produksi 20% dibanding tahun lalu yang sebesar 9.512 ton. Sedangkan produksi WM ditargetkan naik 5% dari 27.607 ton.

Mahar mengatakan, produksi di kedua tambak tersebut tak bisa digenjot lebih tinggi lagi karena asas kehati-hatian, mengingat virus yang menyerang tambak belum berhasil diatasi sepenuhnya.

Sekadar gambaran, kerapatan tambak udang CPB saat ini hanya sekitar 60-70 udang per meter persegi, padahal kerapatan yang normal di atas 115 udang per meter persegi.

Tahun ini, perusahaan menganggarkan belanja modal (capex) senilai Rp 60 miliar untuk membiayai perawatan rutin perseroan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar