Senin, 23 Mei 2011

Fundamental & Utang Eropa Pukul Market

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Nilai tukar rupiah dan indeks saham domestik kompak melemah tajam. Pukulan bertubi-tubi datang dari krisis utang di zona Eropa dan negatifnya rilis fundamental ekonomi kawasan itu.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Daru Wibisono mengatakan, pelemahan rupiah hari ini dipicu oleh meningkatnya ketidakpastian masalah utang di zona Eropa. Karena itu, mata uang euro melemah tajam sekaligus memperkuat dolar AS dan membenamkan rupiah.

Kondisi itu, lanjut Daru, salah satunya dipicu oleh Yunani yang di-downgrade oleh Fitch Rating dari BB+ jadi B+. Lalu diperparah oleh Norwegia yang membatalkan hibahnya untuk Yunani senilai US$42 juta karena negeri Para Dewa itu dianggap gagal merestrukturisasi utangnya.

"Karena itu, sepanjang perdagangan rupiah mencapai level terlemahnya 8.580 dan 8.555 sebagai level terkuatnya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Senin (23/5). Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (23/5) ditutup melemah tajam 47 poin (0,55%) ke level 8.578/8.584 per dolar AS dari posisi akhir pekan lalu 8.531/8.541.

Padahal sebelumnya, lanjut Daru, International Monetary Fund (IMF) menunjuk Norwegia untuk memberikan hibahnya bila Yunani bisa memberikan transparansi berkenaan dengan mekanisme proses pembayaran utangnya. "Proses negosiasi utang Yunani masih berbelit-belit karena Yunani sendiri yang belum transparan soal utangnya yang notabene dibutuhkan negara pemberi hibah," tandas Daru.

Di sisi lain, imbuhnya, Italia juga terancam mendapat downgrade yang juga terkait masalah kredit utangnya. "Karena itu, euro terpukul bertubi-tubi sehingga berimbas negatif bagi rupiah akibat penguatan dolar AS," ungkap Daru.

Apalagi, data fundamental ekonomi kawasan Eropa juga negatif. Salah satunya, data PMI Manufaktur Jerman yang angkanya dirilis di bawah perkiraan dan angka bulan lalu. "Angkanya dirilis 58,2 dari sebelumnya 62 dan ekspektasi hanya turun ke 61," timpalnya.

Begitu juga dengan data manufaktur di Zona Eropa. Angkanya dirilis turun tajam jadi 54,8 dari bulan sebelumnya 58 dan ekspektasi 57,4. "Di sektor jasa pun mengalami penurunan sehingga sentimennya sangat negatif bagi euro," imbuh Daru.

Alhasil, dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). "Terhadap euro, dolar AS menguat ke level US$1,3995 dari level akhir pekan lalu US$1,4150 per euro," imbuh Daru.

Dari bursa saham, analis Sekuritas Ekokapital Cece Ridwanullah mengatakan, pelemahan tajam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) hingga 94,50 poin (2,44%) ke level 3.778,454 hari ini salah satunya dipicu oleh faktor teknikal. Menurutnya, setelah ditutup pada rekor baru di level 3.872,9 akhir pekan lalu, indeks saham domestik mengalami jenuh beli (overbought). “Karena itu, investor profit taking,” ucap Cece singkat.

Kondisi itu, lanjutnya, diperparah oleh pergerakan bursa regional AS dan Eropa yang rata-rata mengalami pelemahan dalam. Begitu juga dengan bursa Asia. “Pelemahan tersebut dipicu oleh penurunan harga komoditas akhir pekan lalu,” ujarnya. Semua itu, ditegaskan Cece, berpangkal pada kekhawatiran pasar atas krisis utang Yunani yang peringkatnya di-downgrade oleh Fitch Rating sehingga bursa Eropa bergerak negatif. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar