Rabu, 25 Mei 2011

Konsorsium Jepang & Adaro Menang Tender PLTU di Jateng

Ilustrasi. Foto: Corbis
JAKARTA - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) telah berhasil melakukan tender Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 2X1000 megawatt (mw) di Jawa Tengah.

"Dalam tender tersebut telah ditetapkan J-Power (Jepang) yang berkonsursium dengan Itochu (Jepang) dan Adaro (Indonesia) sebagai perusahaan yang memenuhi syarat dan memiliki nilai penawaran yang sangat baik, yakni USD5,79," ujar Direktur PLN, Dahlan Iskhan dalam siaran persnya, Rabu (25/5/2011).

Penetapan J-Power sebagai pemenang lelang masih menunggu selesainya masa sanggahan dari peserta lain serta menunggu pemeriksaan terhadap angka-angka di dalam harga tersebut.

Tender ini awalnya diikuti oleh belasan perusahaan internasional yang pada akhirnya hanya menyisakan tujuh perusahaan yang memenuhi syarat, tiga dari perusahaan Jepang, tiga perusahaan Tiongkok dan satu perusahaan dari Korsel. Namun saat penutupan tender 29 April lalu hanya empat perusahaan yang memasukkan penawaran, yakni Yudian dan Shenhua (Tiongkok), Marubeni dan J-Power (Jepang).

Tender ini menjadi bersejarah bagi Indonesia karena inilah proyek PPP (Public Private Partnership) pertama di Indonesia yang berhasil dilelangkan. "Pemerintah sangat mendorong diadakannya proyek-proyek PPP namun sejauh ini masih banyak hambatannya," ujarnya.

Dengan berhasilnya lelang PLTU Jateng 2x1000 MW tersebut, diharapkan proyek-proyek PPP lainnya seperti Bandara, Jalan Tol dan Jalan Kereta Bandara bisa mengikuti sukses PLN ini.

Dari sisi PLN, proyek ini bersejarah karena inilah unit terbesar PLTU yang pernah ada di Indonesia. “Selama ini Indonesia belum punya unit PLTU yang ukurannya satu unit sampai 1.000 MW, yang terbesar adalah 660 mw, seperti yang ada di Tanjung Jati dan Paiton," ujarnya.

Secara teknologi, proyek ini juga sangat bersejarah karena inilah proyek pertama di Indonesia yang menggunakan ultra super critical. Di Jepang dan Tiongkok memang sudah agak lama diterapkan teknologi yang sangat effisien dan ramah lingkungan ini, namun untuk Indonesia baru kali ini diadakan.

Di lain pihak, proyek ini juga memberikan pengalam yang sangat besar kepada staf pengadaan di PLN, baik dalam menangani proses tender internasional maupun dalam melakukan seleksi teknologi. “Kami juga lega bahwa harga yang diperoleh ternyata menjadi sangat murah, yakni
USD5,79 KWH, jauh dari perkiraan kami yang semula bisa mencapai USD6,5 KWH atau lebih.

Harga HPS sendiri ditetapkan USD7,1 KWH, dengan harga tersebut maka asumsi bahwa kian besar sebuah unit PLTU menjadi kian murah.

Pihaknya juga akan segera melaporkan kepada pemerintah, terutama Menko Perekonomian mengenai hasil tender ini sehingga pemerintah bisa menggunakannya untuk mendorong dunia internasional untuk lebih tertarik melakukan proyek infrastruktur lainnya di Indonesia.

“Saya sebagai Dirut PLN memberikan apresiasi yang tinggi kepada tim tender proyek ini. Inilah proyek yang bersih dari permainan dan intervensi. Inilah proyek yang kerahasiannya terjaga sampai detik terakhir. Memang ada upaya pihak-pihak lain dan pihak luar yang mencoba mempengaruhi PLN, tapi semuanya berhasil dihindari.
Usaha-usaha tersebut kami nilai wajar mengingat besarnya proyek ini, namun yang penting tim PLN bisa menjaga independensi dan integritas," katanya.

Proyek ini dari segi nilainya memang sangat menggiurkan karena inilah proyek terbesar dalam sejarah PLN. Nilai proyek ini mencapai USD3,5 miliar atau sekitar Rp 30 triliun.
(ade)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar