Rabu, 25 Mei 2011

Prospek Ekonomi Global Memburuk, Rupiah Jatuh

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Rabu (25/5) ditutup melemah tajam 22 poin (0,25%) jadi 8.587/8.597 per dolar AS dari posisi kemarin 8.565/8.569.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, pelemahan rupiah hari ini dipicu oleh memburuknya prospek ekonomi global. Prospek itu direpresentasikan oleh AS, Eropa dan China.

Menurutnya, kondisi itu terjadi di tengah ketidakpastian penyelesaian krisis utang di zona Euro dan suramnya outlook ekonomi AS. "Karena itu, sepanjang perdagangan rupiah mencapai level terlemahnya 8.605 dan 8.565 sebagai level terkuatnya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Rabu (25/5).

Lebih jauh dia menjelaskan, walaupun data penjualan rumah AS semalam menunjukkan kenaikan ke level 323 ribu dari sebelumnya 301 ribu dan prediksi 305 ribu, tapi indeks manufaktur AS kembali merosot. "Indeks manufaktur AS turun jadi minus 6 dari sebelumnya plus 10," ujar Firman.

Memburuknya data manufaktur AS masih dipicu oleh terganggunya sektor industri pascagempa 9 skala richter di Jepang yang disusul Tsunami pada 11 Maret 2011. "Sebab, Jepang masih enggan menyuplai barang-barang produksinya ke AS," imbuh Firman.

Sementara itu, dari Eropa, investor masih mencemaskan restrukturisasi utang Yunani, terutama stelah partai oposisi pemerintah Yunani menentang penghematan anggaran yang lebih dalam. "Apalagi, Moody's mengancam, jika Yunani menempuh kebijakan restrukturisasi utang, peringkat kredit negara lain seperti Irlandia dan Portugal akan downgrade lebih dalam lagi," papar Firman.

Karena itu, investor kembali panik. Sentimen Eropa semakin memburuk setelah beberapa lembaga rating Fitch menurunkan outlook peringkat Italia dan Belgia kemarin. "Ini menjadi indikasi awal bahwa peringkat utang akan di-down grade," ucapnya.

Lalu, pada saat yang sama, lembaga pemringkat yang lain Moody's mengancam downgrade 14 bank besar di Inggris. "Moody's juga memberikan outlook yang suram terhadap profitabilitas perbankan China di tengah gencarnya pemerintah melakukan penghematan," ungkapnya.

Alhasil, dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). "Terhadap euro, dolar AS menguat ke level US$1,4180 dari sebelumnya US$1,4103 per euro," imbuh Firman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar