Senin, 25 Juli 2011

Kinerja emiten akan menahan laju emas

Kinerja emiten akan menahan laju emas
JAKARTA. Setelah tiga hari berturut-turut terpangkas, harga emas kembali menguat akhir pekan lalu. Harga logam mulia diprediksi terus menanjak hingga akhir tahun nanti. Namun analis meramal pertumbuhan harga emas tidak akan kencang akibat pemulihan ekonomi global yang jalan di tempat.

Abidan, periset Pacific Duaribu Futures, berpendapat, sejatinya masih banyak alasan bagi para investor untuk menanamkan asetnya dalam bentuk emas. Pelaku pasar menilai, keputusan Uni Eropa mengucurkan dana talangan tahap kedua senilai € 159 miliar ke Yunani adalah langkah awal untuk mencegah kepanikan meluas. "Penyelesaian krisis utang di Eropa tampaknya masih panjang," ujar dia.

Di sisi lain, pemilik modal juga masih menunggu hasil akhir perundingan antara anggota kongres serta pemerintah Amerika Serikat (AS) dalam penetapan batas utang Negeri Paman Sam.

Sektor swasta

Permintaan emas masih mengalir kendati nasib ekonomi global masih belum jelas. "AS dan Eropa memiliki masalah struktural. Itulah sebabnya, mengapa banyak investor siap membeli emas hingga masalah di kawasan tersebut dapat diselesaikan," ucap Adam Klopfenstein, analis Lind-Waldock di Chicago, seperti dikutip Bloomberg, Sabtu (23/7) lalu.

Namun, Abidan memperkirakan, harga emas hingga pertengahan Agustus nanti masih tertahan di level resistance, yaitu US$ 1.650 per ons troi. Harga logam mulia kemungkinan akan terhambat sejumlah data ekonomi yang bagus. Misalnya, rilis laporan keuangan dari beberapa emiten global yang tampaknya cenderung positif.

Pemerintah AS saat ini sangat mengandalkan kinerja sektor swasta untuk membangkitkan perekonomiannya. Apabila kinerja keuangan para emiten semakin membaik, ada dorongan bagi investor untuk mengalihkan dananya dari aset yang berstatus safe haven ke aset-aset yang berisiko seperti saham, obligasi dan valuta. Hanya saja, "Anggaran pemerintah cukup memprihatinkan," imbuh Abidan lagi.

Abidan memperkirakan, harga emas hingga akhir Agustus nanti berpotensi menuju US$ 1.700 per ons troi. Dengan catatan, level resistance US$ 1.650 per ons troi bisa ditembus.

Kenaikan harga emas bukan hanya terdorong spekulasi. Sebab, tidak sedikit bank sentral di dunia yang menyimpan cadangan devisa dalam bentuk emas. Minat bank sentral terhadap aset lain seperti dollar AS tampaknya mulai menurun. "Mata uang dollar AS dan euro masih rentan koreksi," kata seorang broker GoldCore Ltd di Dublin, seperti dikutip dari Bloomberg.

Menurut Abidan, sejumlah negara saat ini memerlukan emas untuk jaminan atas pengajuan dan penyelesaian utang luar negerinya. Emas dianggap sebagai aset yang stabil. "Emas dapat dijadikan jaminan untuk menyokong fundamental keuangan suatu negara," imbuh Abidan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar