Senin, 01 Agustus 2011

Cermati Indeks Awal Puasa

INILAH.COM, Jakarta - Bursa Efek Indonesia masih tetap perkasa. Kendati pada dua hari terakhir mencatatkan penurunan, tetap bertahan di level 4.100.

Bahkan jika disandingkan dengan angka yang terbentuk seminggu sebelumnya (22/7), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih mencatatkan kenaikan signifikan yakni sebesar 62 poin atau sekira 1,5%. Sebuah pencapaian yang boleh dibilang mengagumkan. Sebab, penguatan itu terjadi di kala kiblat pasar saham dunia sedang kedodoran.

Seperti kita ketahui bersama, gara-gara alotnya perundingan antara Pemerintah AS dan Kongres ihwal penambahan plafon utang menjadi US$14,3 triliun, negeri itu menghadapi ancaman default alias gagal bayar. Padahal, utang yang jatuh tempo sudah berada di depan pelupuk mata, 2 Agustus 2011.

Itulah yang membuat investor khawatir dan mulai melakukan aksi jual. Dampaknya, indeks Dow Jones pun terus terseret ke bawah. Dalam sepekan Dow tercatat mengalami penurunan hingga 537 poin (4,2%).

Oleh sebab itulah, investor di Indonesia disarankan untuk tidak buru-buru optimismis dalam menyikapi keperkasaan IHSG. Pasalnya, ancaman berupa sentimen negatif dari luar negeri masih sangat kental “Begitu ada kabar buruk akan terjadi koreksi yang lebih besar,”kata seorang kepala riset.

Apalagi nyaris seluruh faktor positif yang bisa mendorong perdagangan sudah masuk dalam kalkulasi pasar. Seperti tingkat bunga yang bertahan, inflasi dan pemberesan krisis Yunani. Begitu pula merah birunya laporan keuangan para emiten untuk semester I-2011, sudah diperhitungkan. Jadi ridak mengherankan kalau para analis memprediksi indeks di pekan awal Ramadan ini akan bergerak di kisaran 4.030-4.132.

Namun jika perkembangan penyelesaian utang AS mengalami kemajuan, ada kemungkinan pelemahan hanya berlangsung di awal pekan, Setelah itu IHSG akan kembali menguat didorong sentimen positif AS. Sekali lagi, dengan catatan, kalau Presiden Obama berhasil ‘menjinakkan’ Kongres.

Nah, sambil menunggu kabar baik, investor disarankan memanfaatkan kondisi yang masih ‘hijau’ ini dengan melakukan aksi ambil untung. “Mumpung pasar masih oke,”katanya. Jika terbukti koreksi yang signifikan benar-benar terjadi, pemodal disarankan melakukan koleksi secara bertahap.

Ada sejumlah saham yang disarankan untuk dibeli. Dari sektor consumer goods, efek terbitan PT Indofood (INDF) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) mendapat rekomendasi yang cukup kuat. Sebab, menurut riset sejumlah analis, harga wajar INDF berada di level R 7.500. Sementara ICBP masih berpeluang untuk naik ke Rp 6.100.

Sementara dari perbankan ada efek terbitan PT Bank Danamon (BDMN yang diprediksi akan segera mencapai Rp 5.850 dan PT Bank Negara Indonesia (BNII) yang berprospek menuju Rp600. Di luar itu masih ada sederet saham lainnya yang mendapat rekomendasi beli cukup kuat. Seperti PT Bakrieland Development (ELTY) dengan target harga Rp180, PT London Sumatera (UNSP) Rp490 dan PT Timah (TINS) Rp 2.700. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar