Senin, 01 Agustus 2011

'Tidak Ada Lagi Investasi yang Benar-benar Aman'

Jakarta - Krisis anggaran dan utang yang membelit kawasan Eropa dan juga Amerika Serikat membuat saat ini tidak ada lagi 'investasi yang benar-benar aman'. Surat berharga pemerintah yang selama ini jadi tempat investasi paling aman, kini menjadi tidak aman lagi.

"Investasi yang benar-benar aman, yang kita sudah terbiasa untuk beberapa tahun, kini tidak lagi ada," ujar pimpinan perusahaan reasuransi global, Munich Re, Nikolaus von Bomhard dalam wawancaranya dengan Sueddeutsche Zeitung seperti dikutip dari AFP, Senin (1/8/2011).

"Surat berharga negara bukan lagi apa yang seharusnya -- menjadi sebuah investasi yang aman dalam semua hal," ujar Bomhard, yang mengelola aset senilai US$ 288 miliar itu.

Ia juga mengingatkan, Eropa kemungkinan tidak bisa lagi bertahan menghadapi krisis lebih lanjut. "Eropa tidak dapat menanggung lagi krisis baru dan 'obat' baru untuk krisis seperti usaha-usaha yang dilakukan untuk mempertahankan perekonomian Yunani," tambahnya.

Selain Eropa, Bomhard kini mengkhawatirkan tidak tercapainya kesepakatan kenaikan batas utang. Jika hal itu terjadi, maka Amerika Serikat akan mengalami gagal bayar sehingga peringkat utangnya akan turun dan dampaknya akan luas.

"Kita masih dapat menanggung gagal bayar parsial dari AS. Namun dalam beberapa kasus, hal ini akan menyebabkan sakit kepala karena efek domino yang akan ditimbulkannya," tambah Bomhard.

AS kini hanya memiliki waktu yang sempit sebelum tenggat waktu penyelesaian masalah kenaikan batas utang pada 2 Agustus. Namun Pemimpin Senat AS, Harry Reid telah memberikan lamu hijau untuk rancangan kenaikan batas utang setelah melakukan pembicaraan dengan rekannya dari partai Demokrat.

"Ada beberapa isu yang telah dipecahkan dan kita harus mengerti bahwa belum ada kesepakatan yang dibuat. Kami optimistis sebuah kesepakatan bisa tercapai, namun kita belum sampai disana," ujar Reid.

Perekonomian AS mencapai batas utang pada 16 Mei dan telah menggunakan penyesuaian belanja dan akuntansi, termasuk penerimaan pajak yang melebihi target, sehingga anggaran tetap beroperasi normal. Namun hal itu hanya bisa dilakukan hingga sebelum batas waktu 2 Agustus.

Tanpa adanya kesepakatan kenaikan batas utang, pemerintah AS harus memangkas hingga 40 sen dari setiap 1 dolar yang mereka belanjakan. Pebisnis dan pemimpin keuangan sebelumnya telah mengeluarkan peringatan soal gagal bayar yang bisa membahayakan perekonomian AS yang kini masih menghadapi tingginya pengangguran hingga 9,2% setelah diterpa krisis finansial global.

Masalah krisis di Eropa dan kemungkinan gagal bayar AS telah membayangi pasar finansial global. Pasar saham terus merosot, sementara nilai tukar dolar AS melemah meski imbal hasil surat utang tidak terlalu terguncang. Investasi yang justru melonjak adalah emas yang terus menciptakan rekor terbarunya.

Namun tanda-tanda tercapainya kesepakatan penanganan utang AS telah memberikan sedikit angin segar di pasar. Indeks saham berjangka AS menguat, sementara dolar AS menunjukkan tanda-tanda pemulihan.

Indeks S&P 500 futures menguat 15,5 poin (1,2%) ke level 1.303,90. Emas yang sebelumnya mencetak rekor, akhirnya mengalami koreksi hingga 13,10 dolar menjadi US$ 1.613,49.

Dolar AS mencatat rebound atas franc Swiss menjadi 0,7909. Pada Jumat lalu, dolar AS mencatat titik terendahnya atas franc di 0,7853.

"Pada titik ini, pasar melihat bahwa kesepakatan dan voting akan diumumkan," ujar Quicy Krosby, analis dari Prudential Financial seperti dikutip dari Reuters.

(qom/qom)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar