Senin, 01 Agustus 2011

Kenaikan Debt Ceiling AS Gairahkan Pasar

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Rupiah menguat tajam dan IHSG kembali mencetak rekor. Pasar optimistis atas kesepakatan kenaikan batas atas utang AS sekitar US$2,4 triliun dari level saat ini US$14,3 triliun. Data domestik pun positif.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures mengatakan, penguatan rupiah hari ini dipicu oleh optimisme pasar atas AS yang bakal mencapai kesepakatan terkait kenaikan batas atas uang (debt ceiling). Pasalnya, tadi pagi, Presiden Amerika Serikat Barack Obama sudah menyambut baik proposal yang dikeluarkan oleh Kongres AS.

Proposal tersebut, lanjutnya, nanti malam, Senin (1/8) waktu AS akan divoting parlemen AS baik Kongres maupun Senat. "Karena itu, sepanjang perdagangan, rupiah mencapai level terkuatnya 8.455 dan 8.488 sebagai level terlemahnya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Senin (1/8).

Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (1/8) ditutup menguat 40 poin (0,47%) ke level 8.455/8.465 per dolar AS dari sebelumnya 8.495/8.505.

Firman menambahkan, sebagian besar anggotal Capitol Hill bakal menyetujui kenaikan batas atas utang AS itu. Sebab, Obama sendiri sudah oke. "Apalagi, Senat AS didominasi oleh Partai Demokrat yang juga merupakan partai Obama," timpal Firman.

Di sisi lain, lanjutnya, penguatan rupiah juga mendapat dukungan dari data-data ekonomi domestik yang dirilis hari ini, Senin (1/8). Salah satunya, Badan Pusat Statistik (BPS) yang merilis inflasi Juli 2011 dengan angka rendah di level 0,67% (month to month) dan inflasi year on year (Juli 2011 terhadap Juli 2010) sebesar 4,61%.

Data neraca perdagangan dan ekspor RI juga positif. Neraca perdagangan RI mengalami surplus US$3,33 miliar dari prediksi US$2,44 miliar. Meskipun, dibandingkan angka sebelumnya US$3,5 miliar, angka tersebut lebih rendah. "Overall lebih tinggi dibandingkan prediksi," ujarnya.

Begitu juga dengan data ekspor yang mengalami kenaikan ke level 49,35% dari prediksi 45,05% dan angka sebelumnya 37,28%. Nilainya naik ke level US$18,41 miliar dari angka sebelumnya US$14,33 miliar. "Baik eksternal maupun internal mendukung penguatan rupiah," imbuhnya.

Alhasil, dolar AS melemah terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). Indeks dolar AS melemah ke level 73,748 dari sebelumnya 73,897. "Terhadap euro, dolar AS melemah ke level US$1,4415 dari sebelumnya US$1,4395 per euro," imbuh Firman.

Dari bursa saham, Head of Research Valbury Asia Securities Alfiansyah mengatakan hal senada. Menurutnya, penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG^JKSE) sebesar 62,64 poin (1,52%) dan mencetak rekor 4.193,441 dipicu positifnya sentimen dari AS yang sudah mencapai kata sepakat antara Pemerintah Obama dengan Senat soal kenaikan batas atas utang (US Debt Ceiling) sekitar US$2,5 triliun dari level US$14,3 triliun saat ini.

Karena itu, level resistance IHSG di level 4.200 bakal segera tercapai. Sebab, resistance kedua hari ini di level 4.189 sudah ditembus. “Sekarang, utang AS sudah menjadi kepastian bagi market dari sebelumnya merupakan ketidakpastian,” ujarnya.

Sebelumnya, lanjut Alfiansyah, memang sudah diperkirakan, baik pemerintah maupun Kongres AS tidak akan mau menjatuhkan harga diri bangsa AS di mata internasional. Karena itu, jelang deadline Selasa (2/8), AS membuat satu kejutan. “Tapi, karena market sudah mengetahui AS akan sepakat jelang detik-detik terakhir, kesepakatan kenaikan batas atas utang AS itu bukan lagi kejutan,” timpalnya. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar