Senin, 01 Agustus 2011

Utang AS Tak Pasti, Pasar Fokus Data Domestik

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (1/8) diprediksi menguat terbatas. Sebab, pasar lebih fokus pada inflasi, neraca perdagangan, dan ekspor-impor Indonesia.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, potensi penguatan rupiah awal pekan ini, karena pada Senin, 1 Agustus ini akan dirilis inflasi Juli 2011, neraca perdagangan dan ekspor-impor Indonesia oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang diperkirakan mendukung penguatan rupiah.

Meskipun, Firman menggarisbawahi, pada dasarnya, investor lebih fokus pada faktor eksternal yakni alotnya kenaikan batas atas utang AS. Tapi, karena hingga akhir pekan lalu belum mencapai kesepakatan, pasar lebih baik fokus pada data-data ekonomi domestik. "Karena itu, rupiah cenderung menguat dan akan bergerak pada kisaran 8.480-8.510 per dolar AS,” katanya kepada INILAH.COM.

Berdasarkan survei Dow Jones, angka inflasi Indonesia diperkirakan turun ke level 4,78% (year on year) dari sebelumnya 5,54%. Sementara itu, untuk inflasi bulanan diperkirakan naik jadi 0,81% dari sebelumnya 0,55%.

Sementara itu, berdasarkan survei Reuters, inflasi Juli diperkirakan di level 4,81% dari 5,54% dengan inflasi bulanan di level 0,87% dari sebelumnya 0,55%. Core inflation juga diprekirakan naik year on year sebesar 4,7% dari 4,67%.

Menurut Firman, yang jadi patokan adalah inflasi year on year. Meredanya inflasi menjadi opportunity tambahan bagi Bank Indonesia untuk kemabli menahan suku bunga acuan (BI rate) pada Agustus 2011 di level 6,75%. "Hanya saja, jika melihat inflasi month to month, menunjukkan adanya kenaikan inflasi yang terjadi jelang bulan Ramadhan," ungkapnya.

Di sisi lain, imbuhnya, panen raya pun sudah berakhir. Karena itu seharusnya harga naik. Karena itu, meski inflasi tahunan turun, tapi tekanan inflasi terus meningkat sehingga memberikan ruang penguatan BI rate lebih lanjut.

Sebab, mau tidak mau, BI harus melanjutkan pengetatan moneternya. Tapi, karena BI enggan menaikkan suku bunga acuannya (BI rate) itu, BI harus mentoleransi dengan membiarkan penguatan rupiah lebih jauh. "Kalau kita lihat, pada saat rupiah tembus 8.500, BI tidak melakukan intervensi," ucapnya.

Hanya saja, penguatan rupiah akan terbatas. Sebab, di Eropa kembali merebak penyebaran krisis utang yang akan menghambat penguatan rupiah lebih jauh. Tapi, ketidakpastian pagu utang AS pelaku pasar lebih memilih fokus pada sentimen domestik.

Apalagi, meski neraca perdagangan berkurang, tapi RI diperkirakan mengalami pertumbuhan ekspor yang signifikan menjadi 45,05% dari sebelumnya 37,28%. Sementara itu, angka impor sedikit mereda ke level 32,15% dari sebelumnya 32,54%.

Neraca perdagangan diperkirakan turun jadi US$2,44 miliar dolar dari sebelumnya US$3,5 miliar. Hanya saja, jika dikombinasikan dengan data inflasi Juli yang akan dirilis hari ini, seharusnya memberikan sentimen positif bagik bagi rupiah maupun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Hanya saja, ditambahkan Firman, karena Senin ini merupakan satu hari jelang deadline kenaikan batas atas utang AS pada 2 Agustus 2011, pergerakan market akan variatif karena tidak ada kesepakatan lebih lanjut. "Tapi, secara umum, pergerakan rupiah dan IHSG akan cukup positif," imbuhnya.

Tapi, dia mewanti-wanti, pasar juga harus mencermati efek dari pergerakan bursa saham global. "Jika bursa global turun signifikan, penguatan rupiah tidak akan terlalu kencang. Penguatan rupiah akan terbatas," imbuhnya.

Asal tahu saja, kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta,Jumat (29/7) ditutup melemah tipis 3 poin (0,035%) ke level 8.495/8.505 per dolar AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar