Selasa, 06 September 2011

Sesi Dua, Ada Potensi Pada Saham Tambang-ASII

INILAH.COM, Jakarta – Koreksi IHSG siang ini diperkirakan akan berlanjut hingga penutupan. Namun, investor dapat mencermati beberapa saham menarik di sektor otomotif dan tambang.

Pada perdagangan Selasa (6/9) sesi pertama, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melemah 7,354 poin (0,20%) ke level 3.858,818. Demikian pula indeks saham unggulan LQ45 yang turun 0,884 poin (0,13%) ke level 682,086.

Perdagangan di Bursa Efek Indonesia didukung volume transaksi sebesar 1,738 miliar lembar saham, senilai Rp 2,298 triliun dan frekuensi 63.095 kali. Sebanyak 86 saham naik, sisanya 115 saham turun, dan 74 saham stagnan.

Tekanan jual di bursa mendapat kontribusi dari keluarnya dana asing, dimana nilai transaksi jual bersih (net foreign sell) mencapai Rp232 miliar. Rinciannya adalah transaksi jual mencapai Rp1,126 triliun dan transaksi beli sebesar Rp893 miliar.

Hampir semua sektor melemah, dipimpin sektor finansial yang turun 0,8%, perkebunan 0,4%, properti dan perdagangan 0,3%, konsumer 0,2%, serta manufaktur dan industri dasar yang melemah 0,1%. Sedangkan sektor seperti tambang, aneka industri dan infrastruktur masih menghijau.

Pengamat pasar modal Irwan Ibrahim mengatakan, IHSG hari ini akan terus melemah hingga penutupan sore nanti. Sentimen negatif berasal dari koreksi bursa regional yang siang ini sudah mencapai 1%. “Hal ini ditambah Dow Jones futures yang terpantau turun 2%. Jadi semua bursa melemah,” katanya kepada INILAH.COM.

Menurutnya, berlanjutnya kekhawatiran akan resesi yang terjadi di AS serta krisis utang Eropa, menyebabkan asing menarik dananya di bursa regional. Alhasil, likuditas di kawasan Asia pun menipis. “Global fund di emerging market beralih ke aset safe haven, salah satunya ke negara maju,” ujarnya.

Di tengah tekanan jual asing, Irwan menyarankan investor untuk berhati-hati. Beberapa saham yang sudah mengalami tekanan jual, masih direkomendasikan. Selain saham unggulan Astra International (ASII), kemudian saham sektor tambang batu bara, seperti Bumi Resources (BUMI) dan Adaro Energy (ADRO).

Irwan juga merekomendasikan saham tambang logam Aneka Tambang (ANTM), International Nickel (INCO) dan Timah (TINS). Hal ini terkait harga logam, seperti emas yang terus melesat, bahkan pagi ini menembus level US$1.900 per ounce.

Menurutnya, beberapa analis memperkirakan emas akan mencapai US$2100 awal Oktober nanti. “Namun, ketika level US$1.970 bisa tercapai, maka ini sinyal positif bagi emiten berbasis komoditas,"ujarnya. [ast]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar