Kamis, 19 Mei 2011

Cuaca di Luar Masih Buruk, IHSG Terancam Koreksi

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Indeks harga saham gabungan, secara mengejutkan, pada Rabu (18/5) kemarin menguat signifikan. Setelah naik 40,98 poin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya ditutup di level 3.840,21.

Ini benar-benar di luar perkiraan sebagian analis. Soalnya, di hari yang sama pada dinihari, Indeks Dow Jones kembali ditutup melemah. Dan itu berarti Dow mengalami penurunan selama tiga hari perdagangan berturut-turut sejak 13 Mei lalu.

Jika diakumulasikan, selama itu indeks yang menjadi kiblat pasar saham dunia ini telah menciut sebesar 216 poin atau sekitar 1,7%. Nah, fakta ini, menurut beberapa analis yang dihubungi INILAH.COM merupakan sinyal negatif bagi perdagangan Bursa Efek Indonesia.

Dengan kata lain, turunnya Dow membuat munculnya kemungkinan IHSG akan mengalami fluktuasi dengan kecenderungan melemah. Tapi terbukti, yang terjadi malah sebaliknya. Padahal, para pelaku pasar meramalkan, selain pengaruh dari bursa global, di pekan ini bursa saham Jakarta akan lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal.

Secara ‘kebetulan’ faktor-faktor yang muncul berupa sentimen negatif yang mengkhawatirkan. Seperti harga minyak dunia yang condong menurun. Sehingga kalau terus berlangsung, pelemahan ini pada gilirannya akan membuat harga komoditas lainnya menjadi lunglai. Padahal, peran saham-saham komoditas di Bursa Efek Indonesia (BEI) cukup besar.

Kabar buruk lainnya datang dari Yunani. Krisis utang negara itu yang berlangsung berkepanjangan, diyakini bakal menjadi sentimen negatif bagi perdagangan saham di bursa-bursa dunia.

Sementara warta dari dalam negeri juga, tidak bagus-bagus amat. Setelah habisnya masa kemeriahan atas terbitnya laporan keuangan triwulan I para emiten, kini pasar dihantui oleh rencana pemerintah yang akan mengurangi bahkan menghapus subsidi BBM. Belum lagi munculnya wacana kenaikan tarif dasar listrik. Berdasarkan fakta-fakta itulah, para analis memprediksi, indeks hingga akhir pekan ini akan bergerak di level 3.765 – 3.845.

Begitulah, ramalan, memang, kerap tak sesuai dengan kenyataan. Namun, demikian, penguatan yang terjadi pasca-libur panjang tersebut tetap mesti diwaspadai. “Kemungkinan untuk kembali terjadinya koreksi masih cukup besar,” kata seorang kepala riset dari sebuah sekuritas asing.

Hanya saja, kendati IHSG memiliki kemungkinan melemah gara-gara turunnya harga minyak, saham-saham dari sektor pertambangan masih tetap mendapatkan rekomendasi positif. Salah satunya PT Indika Energy (INDY) yang, dalam jangka pendek, diprediksi bakal menguat ke level Rp 4.275.

Di luar pertambangan, efek-efek dari sektor perbankan juga mendapat sinyal postif. Seperti PT Bank Central Asia (BBCA) misalnya, diprediksi akan meneruskan penguatannya menuju Rp7.300. Sementara PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) diyakini bakal menuju Rp6.500.

“Kalau BMRI berpotensi untuk naik ke Rp7.200. Namun untuk koleksi sebaiknya tunggu hingga harganya terkoreksi ke kisaran Rp 7.000,”katanya. Nah selamat mencoba keberuntungan. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar