Kamis, 19 Mei 2011

Data AS dan Eropa Negatif, Rupiah Semakin Kuat

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Kamis (19/5) diprediksi menguat. Negatifnya data perumahan dan industrial output AS jadi pemicunya.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Daru Wibisono mengatakan, potensi penguatan rupiah hari ini masih dipicu oleh antisipasi pasar atas data-data ekonomi AS yang dirilis belakangan ini memburuk. Salah satunya, data Housing Start yang dirilis turun jadi 523 ribu pada April 2011 dari bulan sebelumnya 585 ribu.

Begitu juga dengan angka Building Permit yang angkanya turun jadi 551 ribu dari sebelumnya 574 ribu. Artinya, sektor perumahan AS sedang merosot. Kondisi itu memicu pelemahan dolar AS yang bersifat jangka panjang. "Karena itu, rupiah cenderung menguat dan akan bergerak dalam kisaran 8.530-8.570 per dolar AS,” katanya kepada INILAH.COM.

Pada saat yang sama, data industrial ouput AS pun dirilis negatif sehingga jadi tekanan bagi dolar AS. Angkanya dirilis 0% dari sebelumnya naik 0,7% dan perkiraan 0,4%. "Karena itu, pasar tetap mengantisipasi sebagai pelemahan dolar AS ke depannya," papar Daru.

Pasalnya, data Building Permit memiliki high impact bagi perekonomian AS. Apalagi, sektor produksi AS mengalami stagnasi. Data perumahan dan industrial output menjadi tekanan bagi dolar AS dalam jangka panjang. "Sebab, kedua data tersebut merupakan standar acuan bagi pertumbuhan ekonomi AS," imbuhnya.

Sementara itu, dari Eropa masalah bailout Yunani juga memperkuat pemicu peralihan aset-aset ke Asia. Apalagi, Managing Direktur International Monetary Fund (IMF) Dominique Strauss-Kahn Strauss-Kahn ditangkap kepolisian AS, Sabtu (14/5) malam. Penangkapan itu karena tuduhan penyerangan dan percobaan perkosaan.

"Kondisi itu, masih berpengaruh negatif bagi euro," imbuhnya. Asal tahu saja, kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Rabu (18/5) ditutup menguat 17 poin (0,19%) jadi 8.557/8.562 per dolar AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar