Kamis, 19 Mei 2011

Jam Transaksi Ditambah, Daya Tahan IHSG Diuji

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Wacana dimajukannya jam perdagangan BEI disambut positif. Langkah ini bisa memudahkan investor melihat tendensi market sekaligus sebagai ujian atas ketahanan pasar domestik.

Analis BNI Securities Achmad Nurcahyadi menilai, wacana majunya jam perdagangan sebagai niat baik otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk meningkatkan kinerja bursa secara keseluruhan. Apalagi, akan banyak perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO) tahun ini. Target IPO ditambah jadi 25 emiten di 2011 dari 23 yang terealisasi tahun lalu.

Sejauh ini, terjadi gap pembukaan bursa saham RI dengan bursa lain sehingga bisa ditafsrikan pergerakannya benar-benar merefleksikan bursa-bursa yang sudah buka terlebih dahulu alias hanya mengekor. “Jika preopening bersamaan dengan bursa lain, bagus untuk melihat tendensi market kita,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Rabu (18/5).

Menurutnya, selama ini dengan berbagai wacana akuisisi dan fundamental ekonomi yang positif, pergerakan saham lokal sering terlihat anomali terhadap bursa regional asia dan global. “Pembukaan jam lebih awal bisa menguji ketahanan market domestik,” ujarnya.

Kebijakan itu juga akan menguji, jika semakin positif bukan hanya investor lokal, asing pun bisa tergerak untuk masuk ke bursa RI dengan masa transaksi yang lebih panjang. “Di sisi lain, kapitalisasi market akan bertambah dan likuiditas akan meningkat,” ucapnya.

Namun demikian, dia menggarisbawahi, penambahan jam transaksi, tidak otomatis akan menggerakkan saham-saham yang selama ini tidur. Sebab, pergerakan saham lebih dipicu faktor kinerja dan bukan durasi transaksi. “Tapi, paling tidak, investor jadi lebih leluasa memantau aktivitas pergerakan saham yang memang likuid dan menentukan laju bursa secara keseluruhan,” ungkap Achmad.

Dia mewanti-wanti, keuntungan dari kebijakan itu juga bisa saja sangat minim jika tidak dibarengi dengan peningkatan jumlah kapitalisasi market dan kinerja bursa. Jika jamnya ditambah, tapi perusahaan likuidnya tidak bertambah dan kinerjanya tidak signifikan, manfaatnya tak signifikan. “Sebab, laju saham pun akan stagnan,” tuturnya.

Menurutnya, bisa jadi, penambahan jam transaksi, tidak berpengaruh signifikan pada kinerja saham secara keseluruhan dan nilai total transaksi. “Sebab, nilai transaksi tidak tergantung lama-tidaknya perdagangan,” tandasnya.

Justru, dengan jam perdagangan yang lebih sedikit atau normal seperti saat ini, tapi dengan likuiditas dan aktivitas yang lebih baik, sudah lebih dari cukup. “Invetor berharap, bukan hanya jam yang ditambah, tapi kapitalisasi market dan likuiditas juga ditambah,” paparnya.

Ia menegaskan, dengan penambahan jam trading, tidak ada jaminan bertambahnya likuditas pasar maupun market capitalisasi. “Kondisi itu lebih ditentukan oleh penambahan nilai transaksi dan jumlah IPO emiten baru,” timpal Achmad.

Dia menjelaskan, di AS, memang market buka lebih lama dibandingkan Indonesia. Tapi, bursa luar negeri seperti AS dan lainya memiliki emiten hingga ribuan. Bukan 400-500 emiten seperti di Indonesia. “Semakin besar suatu bursa, semakin lama durasi transaksinya,” paparnya.

Di atas semua itu, dia berharap penambahan jam transaksi di bursa bisa memicu bertambahnya likuiditas dan kapilalisasi pasar. “Hanya saja, cost and benefit untuk perusahaan sekuritas juga harus jadi pertimbangan, mentor dan BEI sendiri,” imbuhnya.

Diberitakan, Direktur Teknologi dan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) Adikin Basirun mengatakan, wacana majunya jam perdagangan dapat direalisasikan pada kuartal IV 2011 ini. Menurutnya, persiapan mengenai majunya jam perdagangan ini secara teknologi sudah rampung.

Selain itu, BEI juga sedang melakukan persiapan dengan melakukan sosialisasi kepada pelaku pasar dan para Anggota Bursa (AB). Pihak BEI juga akan melakukan basic trial mengenai majunya jam perdagangan ini pada kuartal III-2011 ini. Namun demikian, hingga saat ini pihak BEI sendiri belum bisa menentukan akan menjadi jam berapa perdagangan dimulai nantinya.

"Kita masih belum tahu apakah jam perdagangan ini nanti akan maju setengah jam atau satu jam. Hal ini masih dalam proses, namun yang pasti jam penutupan perdagangan nantinya tetap jam 16.00," tutur Adikin.

Adikin menegaskan, dengan adanya jam perdagangan ini tidak akan menambah cost. Namun, dengan bertambahnya jam perdagangan akan menyebabkan banyaknya transaksi sehingga diharapkan turn over-nya mungkin akan lebih tinggi.

Jam buka, BEI juga menjadi lebih dekat dengan pembukaan jam perdagangan regional. “Pembukaan jam perdagangan di Singapura, jam 8.30, nantinya kalau perdagangan kita sudah dimajukkan, tidak ada perbedaan gap yang jauh antara BEI dan bursa regional lainnya," imbuhnya. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar