Kamis, 19 Mei 2011

Jepang Kontraksi, Bursa Asia Terpelanting

Headline
INILAH.COM, Sydney – Bursa Asia ditutup di zona merah pada perdagangan Kamis (19/5), setelah Jepang melaporkan perekonomiannya alami kontraksi. Hal ini disebabkan gempa bumi-tsunami 11 Maret lalu.

Indeks Komposit Morgan Stanley (MSCI) Asia Pasifik (APAC) melemah 0,2% ke 134,88 dan menghapus kenaikan sebelumnya. MSCI APAC melemah 1,9% year-to-date dan PER berada pada 13,5 kali. Ini pekan kedua bursa Asia turun karena kebijakan anti-inflasi China dan The Fed mengakhiri quantitative easing.

Provider eksklusif gadget iPhone milik Apple Inc., Softbank Corp., melemah 2% di Tokyo. Lender publik terbesar Jepang, Mitsubishi UFJ Financial Group Inc., turun 2,1%. Samsung Electronics Co. turun 1,5%. Operator PLTN Fukushima Daiichi yang bermasalah, TEPCO, anjlok 8%.

“Mungkin ada pelemahan pendapatan korporasi Jepang setelah perekonomian negara itu kontraksi. Investor skeptis karena juga ada kenaikan inflasi dan krisis utang di Eropa,” kata Michiya Tomita dari Mitsubishi UFJ Asset Management Co.

Bursa Nikkei di Jepang turun 0,4% karena perekonomian turun 3,7% pada kuartal pertama 2011 akibat bencana 11 Maret yang menghentikan produksi sejumlah perusahaan. Kuartal sebelumnya, perekonomian turun 3% sehingga Jepang resmi berada dalam resesi.

“Sulit berspekulasi bagaimana dampak bencana akan berpengaruh ke PDB. Namun pasar saham beraksi terhadap angka-angka yang di bawah prediksi,” kata Masaru Hamasaki, Chief Strategist di Toyota Asset Management Co. in Tokyo.

Indeks Kospi di Korea Selatan turun 1,9%. Sebaliknya, bursa Hang Seng di Hong Kong menguat 0,7% dan Australia naik 1,3% karena membaiknya perusahaan komoditas. Empat bank besar juga menguat meski Moody’s Investor memangkas rating utang.

“Pasar tak yakin langkah Moody’s akan mempengaruhi biaya pinjaman atau mencerminkan perubahan nyata di prediksi perbankan,” kata Angus Gluskie yang mengelola dana sebesar US$350 juta di White Funds Management Pty., Sydney.

Notulen rapat The Fed menyebutkan, exit strategy dari stimulus yang jumlahnya memecahkan rekor tak berarti kebijakan pengetatan moneter akan segera dimulai. Kepala The Fed cabang St. Louis, James Bullard mengatakan, bank sentral akan mempertahankan kebijakannya.

“Menurunnya prediksi menekan kebutuhan untuk segera menarik stimulus itu. Untuk sementara waktu, The Fed akan mempertahankan kebijakannya,” kata Mitsushige Akino, pengelola dana US$600 juta di Ichiyoshi Investment Management Co.

Sebaliknya perusahaan tambang terbesar dunia, BHP Billiton Ltd. naik 1,2%. Pesaingnnya yang perusahaan tambang terbesar kedua Australia berdasarkan penjualan, Rio Tinto Group, naik 1,3%. Cnooc Ltd., produsen minyak lepas pantai terbesar China, menguat 1,5%.

Di Sydney, Commonwealth Bank of Australia (CBA) naik 1,1%. Westpac Banking Corp. naik 0,4%. Australia & New Zealand Banking Group Ltd. naik 1,3%. National Australia Bank Ltd. naik 1,8%. [ast]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar