Kamis, 19 Mei 2011

Pelonggaran Moneter AS Turut Perkuat Rupiah

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Nilai tukar rupiah berhasil menguat menyusul IHSG yang kembali mencetak rekor baru. Bank Sentral AS yang memberikan sinyal tetap bertahan dengan moneter longgarnya turut mewarnai pasar.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, penguatan rupiah hari ini dipicu oleh sentimen positif dari The Federal Open Market Committee (FOMC) minutes April lalu yang dirilis semalam. Menurutnya, rilis tersebut meneguhkan bahwa The Fed masih mempertahankan kebijakan moneternya yang longgar.

Firman menambahkan, sebetulnya Bank Sentral AS sudah mulai mendiskusikan strategi penarikan stimulus moneter. "Karena itu, sepanjang perdagangan, rupiah mencapai level terkuatnya 8.537 per dolar AS dan 8.558 sebagai level terlemahnya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Kamis (19/5).

Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Kamis (19/5) ditutup menguat 9 poin (0,10%) menjadi 8.548/8.558 per dolar AS dari posisi kemarin 8.557/8.562.

Firman melanjutkan, kondisi yang terjadi di AS itu memicu penguatan harga komoditas dan mendorong penguatan saham-saham berbasis komoditas termasuk rupiah. Memang, Juni merupakan bulan terakhir program pembelian asetnya. "Tapi, The Fed akan menginvestasikan kembali aset tersebut yang sudah jatuh tempo dan melakukan pembelian obligasi pemerintah AS," papar Firman.

Di sisi lain, tambah Firman, selama Kongres AS dan pemerintahan Obama belum sepakat terkait batas atas penerbitan obligasinya, dolar AS akan terus melemah. "Jika itu belum mencapai kesepakatan, AS akan kesulitan dalam menambal defisit fiskalnya," ungkapnya.

Situasi itu juga yang akan mendorong The Fed untuk tetap menjaga suku bunga di level rendah 0-0,25% sehingga dolar AS tertekan. Sebab, anggaran AS semakin terancam, jika hingga Agustus 2011 belum mencapai kesepakatan.

Apalagi, tadi pagi, salah satu petinggi The Fed mengatakan, Bank Sentral akan tetap mempertahankan kebijakan moneter longgar hingga akhir 2011. "Itupun, tidak akan ada pelonggaran kuantitatif tahap ketiga. Sebab pemulihan masih berlangsung meskipun pertumbuhan melambat di kuartal I/2011," ucapnya.

Di atas semua itu, dolar AS cenderung menguat terhadap mayoritas mata uang utama termasuk termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa) seiring terjadinya position readjustment oleh pelaku pasar. "Dolar AS ditransaksikan menguat ke level US$1,4234 dari sebelumnya US$1,4249 per euro," imbuh Firman.

Dari bursa saham, pengamat pasar modal dari PT Astronacci International Gema Goeyardi mengatakan, penguatan indeks saham 19,60 poin (0,51%) ke level 3.859,81 dipicu oleh kondisi makro ekonomi Indonesia yang sangat postif. Karena itu, tidak ada alasan bagi indeks domestik untuk mengalami tekanan ke bawah.

Menurutnya, IHSG menjaga level tertingginya sepanjang sejarah (all time high)-nya di level 3.849. Dilihat dari internal makro ekonomi Indonesia sendiri, sangat mendukung indeks bertahan di teritori positif.

Sementara itu, dari sisi Astronacci (analisis teknikal yang memadukan Fibonacci dan Astrologi) IHSG sudah diprediksi bakal mencapai rekor tertinggi sejak 9 Mei. Menurutnya, Astronacci telah meramalkan, indeks saham domestik akan mencapai rekor baru 3.878 pada 19-23 Mei 2011 setelah tembus rekor 3.849 pada 2 Mei 2011. “Hari ini, indeks sudah mencapai level intraday tertinggi (highest)-nya 3.867,” tutur Gema. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar