Senin, 20 Juni 2011

Dana Asing ke RI Mulai Surut, Paling Banyak Mengalir ke SBN

Gb
Jakarta - Arus modal asing alias capital inflow di 2011 masih terus berlangsung namun tidak sederas pada tahun 2010. Hingga awal Juni 2011, capital inflow paling banyak masuk ke Surat Berharga Negara (SBN) hingga 46%, disusul Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang mencapai 33% dan pasar saham 20%.

Bank Indonesia mencatat, sejak diberlakukannya kebijakan kewajiban kepemilikan SBI dari one month holding period (satu bulan) menjadi six month holding period (enam bulan) SBI semakin sepi peminat.

Demikian disampaikan Plt Direktur Direktorat Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat BI, Difi Johansyah dalam acara BI Bareng Media di Gedung Bank Indonesia, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Senin (20/6/2011).

"Hingga 10 Juni 2011, capital inflow yang masuk masih dominan ke portofolio SBN dimana mencapai 46% dengan nilai hampir mencapai Rp 80 triliun. Kemudian diikuti SBI dan pasar saham yang masing-masing persentasenya 33% atau sekitar Rp 60 triliun dan 20% atau Rp 50 triliun," katanya.

Dijelaskan Difi, di akhir 2010 kemarin, portofolio SBN mencapai 73% dengan nilai lebih dari Rp 125 triliun. Namun porsi asing di SBI lebih rendah yakni hanya 9% atau nilainya kurang dari Rp 50 triliun sedangkan pasar saham sebesar 18% atau lebih dari Rp 60 triliun.

Sedangkan pada tahun 2009 lalu, peminat SBI cukup dominan, yakni sebesar 52% dengan disusul SBN 29% dan pasar saham 19%.

"BI memperpanjang kewajiban kepemilikan SBI dari one month holding period (satu bulan) menjadi six month holding period (enam bulan). Hal tersebut dilakukan untuk meminimalkan dampak negatif aliran modal jangka pendek. Oleh karena itu, SBI kurang diminati asing saat ini," tuturnya.

Menurut Difi, dana asing tidak berani ambil risiko untuk menahan hingga 6 bulan kedepan oleh sebab itu SBN atau surat utang yang dikeluarkan negara lebih banyak peminatnya.

"Faktornya masih dibayang-bayangi krisis di Yunani, dimana belum ada kepastian jadi dana asing ini ada indikasi sementara dimana kesan 6 bulan untuk menahan dana ini terlalu lama. Jadi tidak berani," paparnya.

Ia menambahkan, walau belum sederas 2010 dana asing yang masuk namun pada dasarnya capital inflow masih menyerbu negara emerging economy alias negara berkembang karena tidak adanya kepastian ekonomi di negara maju.

"BI terus mewaspadai capital inflow ini dimana bisa sewaktu-waktu terjadi sudden reversal atau pembalikan dana menjadi outflow," terangnya.

(dru/qom)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar