Senin, 20 Juni 2011

Saham-Saham Perdana Kenapa Rontok?

Jakarta - PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) mencatatkan saham perdananya di lantai bursa hari ini. Bukannya menguat, saham perdananya justru rontok di hari pertama.

Anak usaha Grup Salim itu tidak sendirian, sebelumnya sudah ada beberapa initial public offering (IPO) atau penawaran umum saham perdana yang juga jatuh di hari pertama. Metland merupakan emiten kelima yang menderita hal ini.

Kinerja saham-saham yang listing perdana di BEI, memang tidak lepas dari strategi emiten dalam menjalankan struktur penawaran. Meski faktor sentimen pasar juga mempengaruhi pergerakan saham baru tersebut.

"Kita harus melihat struktur dari IPO-nya. Strategi harga, dan distribusi kepada investor ke publik. Jika strategi baik, harusnya tidak seperti ini," jelas Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Eddy Sugito, usai pencatatan saham perdana MTLA di gedung BEI, Sudirman CBD, Jakarta, Senin (20/6/2011).

Saham MTLA, anak usaha grup Salim menjadi salah satu contoh nyata. Memulai perdagangan dengan kenaikan Rp 10, dari harga penawaran Rp 240 per lembar, pergerakan MTLA langsung menurun.

Perdagangan di pasar bursa berjalan lima menit, saham Metland jeblok dan berada pada level Rp 190 per lembar saham dan sempat menyentuh harga terendah Rp 185 per lembar.

Hingga pukul 10.15 harga saham MTLA berada di level Rp 205 per lembar, dengan total frekuensi 794 kali. Volume saham yang diperdagangkan mencapai 124.054, dengan total nilai Rp 12,53 miliar.

Eddy menambahkan, faktor sentimen IHSG juga menjadi pemicu awal pergerakan saham-saham perdana yang baru tercatat (listed). "Awalnya pasti sentimen, kan pasar terus bergerak. Bursa memerah dalam beberapa hari terakhir," terangnya.

Dalam kondisi saham MTLA yang turun, bagi Eddy justru menjadi celah bagi investor melakukan aksi buy. Terlebih dalam analisa investor, saham-saham tersebut memiliki fundamental yang baik.

"Kalau mereka yang paham betul fundamental perusahaan, tidak perlu panik. Investor yang memiliki komitmen jangka panjang, saatnya masuk," paparnya.

MTLA tidak sendiri, pada listing perdana PT Jaya Agra Wattie (JAWA) juga mengalami hal yang sama. Di awal perdagangan saham JAWA naik Rp 40 ke level Rp 540 per lembar.

Namun secara berangsur-angsur saham JAWA turun Rp 15 menjadi Rp 485 per lembar. Hingga perdagangan hari ini, saham JAWA berada pada level Rp 460 per lembar. Ini berarti saham JAWA masih berada di bawah harga perdana mereka, Rp 500 per lembar.

Tiga saham sebelumnya yang juga mencatat kinerja buruk adalah, yakni PT Megapolitan Development Tbk (EMDE), PT Martina Berto Tbk (MBTO) dan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA).

Saham EMDE pada perdagangan perdananya, Rabu (12/01/2011), langsung turun dan berada pada posisi Rp 215 per lembar, meskipun sempat naik di level Rp 270 per lembar. Hingga perdagangan hari ini, saham EMDE berada di posisi Rp 164 per lembar.

Saham MBTO juga mengalami hal yang sama. Di awal perdagangan saham grup Martha Tilaar ini meningkat Rp 60 dari penetapan harga sebelumnya, Rp 740 per lembar.

Namun selanjutnya saham perseroan pun Rp 710 per lembar saham, dan sempat menyentuh harga terendah di Rp 670 per lembar. Sampai perdagangan hari ini, saham MBTO ditutup pada level Rp 500 per lembar.

Satu lagi, saham BUMN penerbangan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Pada awal pembukaan perdagangan saham Jumat (11/2/2011), saham GIAA menurun signifikan Rp 50 dari penetapan harga sebelumnya, Rp 750 per lembar.

Sampai pada penutupan bursa, saham Garuda di Rp 620 per lembar, terkoreksi Rp 130 (17,33%) dari harga pembukaan Rp 750 per lembar saham. Hingga perdagangan hari ini , saham GIAA berada di level Rp 520 per lembar.

(wep/ang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar