Senin, 20 Juni 2011

Konsensus Pasar: Yunani Sudah Bangkrut!

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Rupiah melemah tajam dan IHSG hanya naik tipis. Konsensus pasar mengungkapkan Yunani sudah bangkrut. Hanya saja, perbankan Eropa belum mendeklarasikannya untuk membersihkan aset beracun terlebih dahulu.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, pelemahan rupiah hari ini dipicu oleh kebangkrutan Yunani. Dia menegaskan, default (gagal bayar) Yunani sudah tak terhindarkan lagi.

Menurutnya, Yunani mendapatkan konsensus dari para pelaku pasar bahwa negeri Para Dewa itu sudah bangkrut. Kondisi itu, memicu pengalihan risiko dari para investor menuju dolar AS. "Akibatnya, sepanjang perdagangan, rupiah mencapai level terlemahnya 8.614 dan 8.574 sebagai level terkuatnya," katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Senin (20/6).

Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (20/6) ditutup melemah tajam 35 poin (0,40%) ke level 8.613/8.623 per dolar AS dari posisi akhir pekan lalu 8.578/8.588.

Memang, lanjut Christian, kebangkrutan atau gagal bayar (default) Yunani belum diumumkan oleh European Central Bank (ECB). Sebab, perbankan di Eropa berkepentingan untuk membersihkan aset-aset beracun Yunani. “Setelah semua aset-asetnya bersih dari racun, Yunani bakal diumumkan bangkrut. Pasar melihat, kebangkrutan sudah terjadi saat ini,” paparnya.

Biasanya, imbuh Christian, peralihan risiko terjadi ke mata uang euro. Tapi, karena situasi euro sedang bermasalah, pelaku pasar beralih ke dolar AS. "Setelah Yunani diberikan dana talangan sejak 2 Mei 2010 sebesar 110 miliar euro, defisit negara itu masih terus membengkak," ungkapnya.

Lalu, dana talangan kedua sebesar 12 miliar euro, terbentur oleh alasan politis sehingga keputusan finalnya oleh para Menteri Keuangan Uni Eropa ditunda hingga awal Juli 2011. "Karena itu, bailout Yunani semakin suram," tandasnya.

Di sisi lain, lanjut Albertus, pasar melihat, krisis utang Yunani juga akan menyebar ke kawasan Eropa lainnya. Sebab, lembaga pemeringkat internasional Moody's Rating mulai mereview peringkat kredit Italia yang juga berpotensi downgrade. "Karena itu, sentimennya adalah penguatan dolar AS dan pelemahan rupiah," ucapnya.

Alhsil, dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang utama sebesar 0,41% sehingga indeks dolar AS naik ke posisi 75,77, termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). "Terhadap euro, dolar AS menguat ke level US$1,4244 dari posisi sebelumnya US$1,4302 per euro," imbuh Christian.

Dari bursa saham, Head of Researh Valbury Asia Securities Alfiansyah mengatakan, penguatan tipis Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) hari ini sebesar 6,82 poin (0,18%) ke level 3.729,122 semata faktor technical rebound. Itupun masih bersifat minor setelah pekan lalu mengalami tekanan jual yang cukup dalam.

Di sisi lain, pasar juga mendapat sentimen negatif setelah bursa Eropa dibuka di teritori merah. “Penguatan market hari ini pun menjadi terbatas. Apalagi, situasi makro ekonomi global kurang mendukung,” ujarnya.

Alfiansyah menegaskan, secara fundamental, indeks domestik masih terancam sentimen negatif yang sewaktu-waktu melanda bursa global akibat faktor makro ekonomi yang goyah. “Artinya, penguatan indeks belum didukung oleh satu kekuatan yang penuh,” tandasnya.

Selama krisis utang Yunani belum pulih, situasi regional jadi tantangan tersendiri bagi IHSG. Pasar melihat, krisis utang Yunani akan menyebar ke negara-negara lain di Eropa seperti Portugal, Italia, Spanyol dan Irlandia. “Semua itu menunjukkan kondisi perekonomian kawasan itu belum menunjukkan kondisi yang pulih,” imbuhnya. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar