Kamis, 23 Juni 2011

Tak Ada Sinyal Stimulus Lanjutan AS, Rupiah Tiarap

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Kamis (23/6) ditutup melemah 8 poin (0,09%) ke level 8.595/8.605 per dolar AS dari posisi kemarin 8.587/8.592.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, pelemahan rupiah hari ini dipicu oleh investor global yang kembali fokus pada krisis utang Yunani setelah Pidato Gubernur The Fed Ben Bernanke tentang outlook kebijakan moneter Amerika Serikat.

The Fed menyatakan, perlambatan ekonomi AS di bawah ekspektasi. Artinya, ekonomi AS lebih lambat dibandingkan perkiraan. Apalagi, lanjutnya, The Fed juga merevisi negatif target pertumbuhan ekonomi AS untuk 2011 dari 3,1%-3,3% menjadi 2,7%-2,9%. Akibatnya, dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang utama. "Tapi, rupiah bergerak terbatas dengan level terkuat 8.595 dan terlemahnya 8.605 per dolar AS,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Kamis (23/6).

Pada saat yang sama, lanjut Firman, The Fed belum memberikan sinyal akan adanya stimulus lanjutan setelah Quantitative Easing (QE) tahap dua senilai US$600 miliar berakhir Juni 2011 ini. "Semalam, memang dolar AS sempat melemah setelah Fed mempertahankan suku bunga rendah," imbuhnya.

Tapi, lanjutnya, setelah Bernanke tidak memberikan indikasi stimulus lanjutan, market melakukan profit taking setelah dolar AS melemah. "Pada akhirnya dolar kembali mendarat di teritori positif," ucapnya.

Apalagi, dolar AS semakin kokoh setelah pemangkasan outlook pertumbuhan ekonomi AS yang cukup jadi pukulan telak bagi bursa saham global. "Dolar AS semakin kokoh dan jadi tekanan bagi rupiah," tandasnya.

Di sisi lain, pasar kembali fokus pada krisis utang Yunani sebelum parlemen negeri Para Dewa itu akan kembali melakukan voting untuk menyetujui penghematan fiskal. "Bentuknya, pemangkasan anggaran, kenaikan pajak dan penjualan beberapa aset negara," ungkapnya.

Kondisi itu, lanjut Firman, diperburuk oleh salah satu surat kabar Jerman yang memberitakan, keinginan salah satu anggota parlemen Jerman untuk mengeluarkan Yunani dari zona Euro. "Kondisi itu memicu tekanan jual bagi euro," ucapnya.

Tapi, pelemahan rupiah hari ini terbatas. Sebab, komitmen the Fed untuk mempertahankan stimulus moneter seiring perlambatan pertumbuhan ekonomi AS, membuat outlook dolar AS tetap melemah dalam jangka panjang. "Apalagi, parlemen AS belum setuju untuk menaikkan batas utang negera itu," imbuhnya.

Alhasil, dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). "Terhadap euro, dolar AS menguat ke level US$1,4262 dari sebelumnya US$1,4332 per euro," imbuh Firman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar