Kamis, 23 Juni 2011

Minyak Fluktuatif, Saham Batu Bara Tetap Moncer

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Kendati harga minyak mentah bergerak fluktuatif, saham sektor batu bara masih tetap moncer. Hal ini didukung ekspektasi permintaan komoditas ini ke depannya.

Edwin Sebayang dari MNC Sekuritas merekomendasikan sektor batu bara. Sentimen positif berasal dari demand yang akan meningkat jelang musim panas. Hal ini didukung kenaikan permintaan untuk pembangkit listrik, “Karena sejumlah negara melakukan switching dari reaktor nuklir ke tenaga baru bara,” katanya kepada INILAH.COM.

Edwin menambahkan, permintaan terbesar akan datang dari China. Pasalnya, dengan harga batu bara domestik China yang sama dengan harga di luar negeri atau pasar spot, maka permintaan ekspor dari negeri Tirai Bambu ini akan meningkat,”Terutama karena harga batu bara domestik China bisa naik terus,” paparnya.

Untuk sektor tambang, Edwin masih melihat ada peluang penguatan untuk saham TB Bukit Asam (PTBA) dan Indika Energy (INDY), “Rekomendasi beli untuk emiten-emiten ini,”katanya.

PTBA menarik karena proyek rel kereta api ganda yang rampung pada 2012. Selain itu, perseroan juga mendirikan anak usaha baru berbasis kontraktor batubara, PT Bukit Asam Bangko, yang akan menggarap tambang Bangko di Sumatera Selatan. Pengoperasian tambang baru ini akan dilakukan seiring selesainya proyek kereta api yang dikelola Bukit Asam Transpacific Railway (BATR) pada 2013.

Sementara Pardomuan Sihombing, Kepala Riset Recapital Securities mengatakan, saham pertambangan masih menarik terkait kinerjanya yang diperkirakan positif. Merujuk pada tahun lalu. Domu meyakini kinerja emiten sektor ini bisa meningkat pada akhir tahun. “Return on equity (ROE) emiten sektor ini bisa mencapai 43,4%, tertinggi ketimbang sektor lain,” katanya.

Salah satu saham pilihannya untuk sektor tambang adalah Adaro Energy (ADRO). Hal ini didukung proyeksi pertumbuhan earning per share (EPS) perseroan yang bisa mencapai 93,2% sehingga PER berpotensi menuju 16,2 kali pada akhir 2011.

Saham lain pilihannya adalah Bayan Resources (BYAN) yang menarik karena proyeksi pertumbuhan EPS bisa mencapai 222,3%. Sedangkan PER diperkirakan bisa mencapai sebesar 29,1 kali. “Kedua emiten ini masih memiliki peluang menarik,” katanya.

Sedangkan Yuganur Wijanarko, Periset Senior HD Capital lebih menjagokan saham Bumi Resources (BUMI), karena grafik mingguan secara teknikal mulai menunjukkan sedikit perbaikan. Menurutnya, koreksi yang terjadi akibat kekecewaan pasar, menyusul kenaikan rasio hutang perseroan, akan menutup price gap bawah di Rp3.100 dan support berikutnya di Rp2.975, “Rekomendasi BUMI dengan target harga bisa mencapai Rp3.300,”katanya.

BUMI telah merilis laporan keuangan kuartal pertama 2011 dengan laba bersih turun 13,3% YoY menjadi US$123.3 juta, sementara pendapatan tumbuh 21% YoY menjadi US$850 juta. Penurunan laba bersih ini lebih disebabkan pencatatan kerugian atas pembatalan penjualan anak usaha yakni Gallo Oil senilai US$35.9 juta dan normalisasi tarif pajak menjadi 45% dari 30% di kuartal pertama 2010.

Dari sisi operasional, produksi batubara perseroan tercatat 11,7% YoY menjadi 15 juta ton. Sementara penjualan batubara hanya mencapai 14 juta ton dengan rata-rata harga jual US$87.7/ton (naik 39,4% YoY). Stripping ratio juga naik menjadi 11,9 kali dibandingkan 10,3 kali pada periode yang sama 2010.

BUMI saat ini berencana menurunkan jumlah utang sebesar US$1 miliar tahun ini dari posisi saat ini sebesar US$3.78 miliar. Caranya adalah dengan melakukan percepatan pembayaran utang tranche pertama kepada CIC senilai US$600 juta pada Oktober.

Terkait obligasi konversi (Convertible Bond) yang akan diterbitkan Vallar Plc. sebagai kompensasi pemindahan kepemilikan 75% saham PT Bumi Resources Mineral (BRMS), BUMI berencana menawarkan obligasi konversi tersebut ke beberapa pihak, salah satunya adalah CIC, sebagai pembayaran utang tranche pertama Oktober.

Obligasi konversi senilai US$2.07 miliar yang diterbitkan Vallar Plc. memiliki tenor 5,5 tahun dengan kupon 2% per tahun. Obligasi ini juga dapat dikonversi menjadi saham Vallar Plc. dengan harga konversi15.8841/saham.

Berdasarkan kinerja BUMI kuartal pertama, Christine Salim, Head of Research dari Samuel Sekuritas masih melihat peluang kenaikan pada saham BUMI. “Maintain buy untuk emiten ini,” ungkapnya. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar