Selasa, 24 Mei 2011

Target produksi kuartal I-2011 ITMG tidak tercapai

JAKARTA. Faktor cuaca masih menjadi momok perusahaan pertambangan. Kendala itu membuat PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) mencatatkan volume produksi 5,5 juta ton pada kuartal I-2011. Jumlah ini 5,5% di bawah target yang dipatok ITMG. Produksi tersebut juga turun dibandingkan periode sama 2010, yang sebesar 6 juta ton.

Andrew Sihar Siahaan, Analis Reliance Securities menilai, curah hujan yang tinggi pada awal tahun ini menjadi penyebab penurunan produksi. Sedangkan analis Kresna Securities Yohan Kurniawan, dalam risetnya menulis, badai La Nina menghalangi produksi, terutama di tambang Indominco Mandiri.

Selain Indominco, ITMG memiliki lima tambanglain, yaitu Trubaindo, Kitadin Embalut, Jorong Barutama Greston, Kitadin Tandung Mayang, dan Bharinto Ekatama.

Bagus Hananto, Analis Onix Capital menghitung, ITMG harus mengejar produksi sebanyak 19,5 juta ton dalam kuartal II hingga kuartal IV tahun ini untuk mengejar target produksi selama 2011 sebesar 25 juta ton. Jadi, rata-rata per kuartal 6,5 juta ton Target tersebut setara dengan kapasitas produksi. Namun Padahal secara historis, produksi ITMG per kuartal tidak pernah melebihi 6,2 juta ton. "Perusahaan harus melakukan usaha ekstra untuk mencapai target produksi," kata Bagus.

Bagus dan Yohan melihat, ITMG masih berpeluang mencapai target itu. Pertama, ada tambahan alat berat di tambang Indominco pada Juni mendatang. Kedua, kontraktor baru Trubaindo sejak April lalu. Ketiga, pDiIa memprediksi, produksi tambang Indominco dan Trubaindo bisa mendongkrak total volume produksi, didukung oleh tambahan alat berat dan kontraktor.


Sama halnya dengan Bagus, Yohan juga berpendapat volume produksi ITMG akan bergantung pada tambang Trubaindo yang memiliki kontraktor baru sejakmulai bulan April dan tambang Indominco yang akan kedatangan alat berat baru bulan Juni mendatang. Selain itu, perkembangan pra-pengupasan atau pre-stripping di tambang Embalut dan Bharinto berjalan positif.

Toh, Yohan memprediksi produksi ITMG di bawah target pihak manajemen tahun ini, yakni 23,5 juta ton. Sedangkan Andrew optimistis target tersebut dapat tercapai. "Curah hujan akan menurun di sisa tahun," imbuhnya.

Yang perlu diwaspadai adalah potensi penurunan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP). Maklum, tambang batubara di Australia akan beroperasi kembali sehingga pasokan bertambah.

Tertolong kenaikan ASP

Di kuartal I-2011, penjualan anak perusahaan Banpu asal Thailand ini masih tumbuh 16,2% menjadi US$ 468,33 juta. Ini berkat kenaikan rata-rata harga jual menjadi
US$ 87,3 per ton.

Bagus meramal, ASP ITMG di kuartal II-2011 akan naik lagi karena ada kontrak baru dengan Jepang yang diperbarui setiap tahun. Dari target volume produksi 25 juta ton, sebanyak 3,5 juta ton harganya ditentukan pergerakan harga dunia dan 6 juta ton berdasarkan indeks harga.

Sedangkan Andrew memprediksi harga jual tahun ini US$ 78-US$ 80 per ton. Prediksi Yohan lebih tinggi, yaitu US$ 90,3 per ton.

ITMG juga masih memiliki kas yang cukup untuk membiayai akuisisi atau dibagikan sebagai dividen ke pemegang saham. Dus, Andrew merekomendasikan buy ITMG dengan target harga Rp 60.100.

Analis Kim Eng Securities Ricardo Silaen juga merekomendasikan buy dengan target Rp 62.500. Ini berdasarkan rasio price to earning (PE) 2011-2012 sebesar 13-18 kali. Sedangkan Yohan merekomendasikan hold dengan target harga Rp 49.050. Kemarin, harga saham ITMG terkoreksi 1,7% menjadi Rp 46.250 per saham.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar