Selasa, 24 Mei 2011

BKDI tambah alternatif produk sehingga pasar lebih likuid

JAKARTA. Minat masyarakat yang semakin tinggi dalam berinvestasi, mendorong Bursa Komoditas dan Derivatif Indonesia (BKDI) memperbanyak jenis produk di pasar berjangka. Yang terbaru, BKDI tengah mempersiapkan kontrak berjangka batubara.

Produk anyar ini akan melengkapi kontrak berjangka yang sudah ada di BKDI sebelumnya, yakni kontrak berjangka emas dan crude palm oil (CPO). Megain Wijaya, Direktur Utama BKDI, menyatakan, persiapan produk baru tersebut masih pada tahap awal. "Prosesnya baru 20%-25%," ujar dia, kemarin (23/5).

Untuk mempersiapkan produk ini, BKDI menggandeng Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti). Persiapan juga meliputi berunding dengan para pelaku pasar, memfasilitasi penjual dan pembeli untuk kemudahan pengadaan kontrak, dan penentuan pelabuhan pengiriman (port delivery) untuk penyerahan fisik batubara. "Pelabuhannya nanti di Kalimantan," kata Megain, tanpa mau menyebut nama pelabuhan yang dipilih.

Megain menargetkan kontrak batubara di BKDI sudah bisa diperdagangkan sebelum akhir tahun ini. Sedangkan pemilihan produk kontrak batubara berdasarkan pertimbangan potensi pasar komoditas ini cukup bagus. Ini tecermin dari tren kenaikan harga batubara. "Harga minyak dan CPO mencatat kenaikan. Jika keduanya masih naik, batubara juga ikut terangkat harganya," kata Megain.

BKDI optimistis keberadaan produk anyar ini dapat meramaikan transaksi di bursa. Sampai Juni nanti, BKDI menargetkan volume transaksi semua produk mencapai 5.000-6.000 lot per hari. "Sampai akhir tahun nanti, bisa mencapai 10.000 lot per hari," imbuh Megain.

Dalam rangka memenuhi permintaan pasar, Bursa Komoditas dan Derivatif Indonesia (BKDI) berencana akan meluncurkan produk kontrak berjangka batubara baru. Produk ini merupakan produk ke tiga setelah peluncuran kontrak berjangka untuk Crude Palm Oil (CPO) pada tahun 2009 lalu dan kontrak berjangka emas GOLDUD & GOLDID pada 11 April lalu.

"Saat ini proses baru 20% sampai 25% nya," kata Megain Wijaya, Direktur Utama PT Bursa Komoditas dan Derivatif Indonesia (BKDI)/Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX), kepada wartawan di acara Asian Commodities & Derivatives Conference 2011, kemarin.

BKDI bekerja sama dengan Badan Pengawasan Perdagangan Berjangka Komoditi (BAppepti) masih harus bertemu dengan para pelaku pasar, memfasilitasi penjual dan pembeli untuk kemudahan pengadaan kontrak. Sekaligus penentuan port delivery atau pelabuhan pengiriman untuk penyerahan fisik batubara nanti. Megain tidak mau menyebutkan pelabuhan yang dimaksudkan, hanya saja pelabuhan tersebut berada di Kalimantan, tuturnya.

BKDI berharap, dengan adanya kontrak berjangka batubara ini, investor lebih dimudahkan dalam manajemen risk-nya. "Krisis global yang terjadi membuat investor enggan bertransaksi secara bilateral, karena lebih beresiko," tutur Megain.

Mampu bersaing

Para pelaku pasar menyambut baik rencana pengelola bursa berjangka tersebut. "Ini bisa menambah produk derivatif baru untuk jenis hard commodity (komoditas pertambangan), sehingga pasar menjadi lebih likuid," ujar Ibrahim, Analis Senior Harvest International Futures.

Posisi Indonesia sebagai penghasil batubara terbesar di dunia, selain Australia, membuat keberadaan produk ini menjadi strategis. Indonesia mengekspor 30% batubara ke luar negeri. Kontrak berjangka batubara dapat menjadi perangkat lindung nilai dan membuat harganya lebih transparan bagi para investor. "Harga bisa terjaga lebih stabil jika sudah masuk ke bursa berjangka," imbuh Ibrahim.

Keberadaan kontrak berjangka, lanjut dia, juga dapat melindungi investor dari permainan para "mafia batubara" atau para pengepul. "Investor jadi bisa mengetahui harga sebenarnya dari komoditas itu," kata dia.

Sebaliknya, Analis Indosukses Futures Herry Setyawan, pesimistis penambahan produk baru di bursa berjangka ini dapat langsung menarik minat para pelaku pasar. Pasalnya, sejauh ini biaya kontrak dan pengiriman masih tinggi. Begitu jatuh tempo, barang fisik tidak laku dijual di pasar bebas.

Herry menyarankan perbaikan sistem penyerahan fisik agar biaya lebih murah. "Perlu insentif dari otoritas maupun pemerintah," ujarnya.

Selama ini, BKDI optimistis dapat mengejar target untuk produknya yang sudah ada. Sosialisasi sudah berjalan baik dan volume transaksi di bursa berjangka terus meningkat setiap saat. Hanya saja Megain tidak bisa menyebutkan berapa presentasi kenaikan per bulannya saat ditanya wartawan KONTAN kemarin. "Sampai bulan Juni nanti, ditargetkan untuk semua produk dapat mencapai volume transaksi 5000-6000 lot/hari, sedangkan sampai akhir tahun nanti target bertambah menjadi 10.000 lot /hari untuk semua produk BKDI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar