Selasa, 24 Mei 2011

Beli Bertahap Saham Terkoreksi

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Pergerakan indeks hingga penutupan akan cenderung fluktuasi terbatas. Ivestor sebaiknya beli saham yang sudah terkoreksi tajam, secara bertahap.

Pada sesi pertama perdagangan Selasa (24/5), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah tipis 6,98 poin (0,18%) ke level 3.771,474. Begitu juga indeks saham unggulan LQ45 yang turun terbatas 2,78 poin (0,41%) ke angka 670,619.
Laju indeks siang ini cukup ramai, didukung oleh volume transaksi yang tercatat mencapai 3,849 miliar lembar saham, senilai Rp2,023 triliun dan frekuensi 59.814 kali. Sebanyak 127 saham menguat, sedangkan 80 saham melemah dan 95 saham stagnan.
Pelemahan indeks sesi pertama, juga diwarnai aksi jual asing yang mencatatkan transaksi nilai jual bersih (net foreign sell) sebesar Rp246,3 miliar. Rinciannya, transaksi beli mencapai Rp439,4 miliar sedangkan transaksi jual sebesar Rp685,8 miliar.
Sektor saham hari ini bergerak variatif. Sektor aneka industri memimpin pelemahan 1,72%, disusul manufaktur 0,74%, konsumsi 0,38%, industri dasar 0,14% dan sektor keuangan turun 0,08%. Selebihnya masih bertahan di teritori positif. Properti 0,22%, perkebunan 0,17%, infrastruktur 0,11%, pertambangan 0,11% dan perdagangan 0,02%.

Head of Research Division PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo memperkirakan, pergerakan indeks saham hingga penutupan sore nanti akan fluktuatif dalam kisaran terbatas. “Indeks akan bergerak dalam kisaran support 3.770-3.750 dan resistance 3.789-3.825,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Selasa (24/5).

Terbatasnya pergerakan market hari ini menurut Satrio, dipicu oleh koreksi bursa Asia kemarin yang jauh lebih besar dibandingkan Dow Jones sebesar 1,05%. Karena itu, sangat wajar jika indeks domestik bergerak variatif. Sebab, di sisi lain, posisi Dow Jones Future bergerak tipis di area positif. “Karena itu, pelaku pasar berharap, indeks bisa mengalami technical rebound meskipun tipis hari ini,” ujarnya.

Secara teknikal, lanjutnya, IHSG berpeluang menguat ke level resistance 3.789 yang merupakan level tertinggi sebelumnya. Tapi, pada dasarnya market bergerak mendatar dalam kisaran sempit. “Soalnya, tekanan jual di ASII masih ada sehingga saham-saham lain pun masih sulit untuk naik,” papar Tommy.

Apalagi, sejak dua pekan lalu, indeks selalu memberikan sinyal yang palsu (false signal). Sinyalnya turun tapi naik dan begitu sebaliknya. Kondisi itu terjadi berulang-ulang. Karena itu, setelah koreksi tajam kemarin 2,44%, pelaku pasar tak berani cut loss karena takut kalah saat market tiba-tiba rebound. “Pelaku pasar saat ini hanya bisa wait and see,” ucapnya.

Pasar menunggu pergerakan Dow Jones yang ditutup turun di level 12.381,30. Level ini sebenarnya masih berada di atas support 12.342. Tapi, orang jadi hati-hati sebab koreksi kemarin mengkonfirmasi bahwa Dow dalam jangka pendek masih berada dalam tekanan jual. “Apalagi, support Dow yang kuat berada di level 12.100-12.250,” ungkapnya.

Di sisi lain, lanjut Tommy, pelaku pasar melihat, koreksi tajam market dipicu oleh down grade utang Yunani oleh Fitch Rating ke level B+ dari sebelumnya BB+. Tapi, sebenarnya, dalam 6 bulan terakhir, pengaruh down grade Yunani tak signifikan pengaruhnya ke market domestik. “Karena itu, selama Dow Jones positif, IHSG bisa naik,” ucapnya. “Masalah kredit di Eropa bukan hal yang berpengaruh besar bagi laju indeks Indonesia.”

Lalu, pada saat indeks terus naik ke level 3.872,95 pelaku pasar juga berharap turun karena sudah overbought. Tapi, setelah turun pun, tidak lantas mereka langsung beli karena pasar mencari di mana level buttom-nya. “Setelah itu, bisa melihat, IHSG kembali naik,” ucapnya.

Dilihat dari technical chart-nya, menurut Satrio, indeks memiliki dua alternative buttom yakni 3.450 atau 3.610. Jika Dow tidak melemah tajam, buttom indeks di level 3.690-3.770. “Karena itu, meski level terlemahnya kemarin tembus 3.770 ke level 3.763,06, masih ada peluang koreksi ke 3.690,” paparnya.

Dalam situasi ini, Tommy menyarankan agar pelaku pasar melakukan pembelian pada saham-saham yang terkoreksi tajam secara bertahap. Sebab, level buttom market belum bisa dipastikan. “Dalam situasi market yang false signal, saya hanya merkomendasikan akumulasi beli saham PT Astra Internasional (ASII),” imbuhnya.

Apalagi, saham-saham perbankan belum mengalami penurunan yang berarti. Begitu juga dengan saham-saham di sektor komoditas yang terancam oleh koreksi harga minyak yang saat ini masih tinggi di kisaran US$100 per barel.

Jika memaksakan diri, Tommy memberikan opsi untuk melirik saham-saham grup Bakrie seperti PT Bakrieland Development (ELTY) dan PT Darma Henwa (DEWA). Tapi, pelaku pasar harus pas menentukan di level berapa exit-nya. “Karena itu, lebih baik jangan dulu,”tutupnya.[ast]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar