Jumat, 26 Agustus 2011

Nantikan Pidato The Fed, Rupiah Menguat 15 Poin

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Jumat (26/8) ditutup menguat 15 poin (0,17%) ke level 8.560/8.570 per dolar AS dari posisi kemarin 8.575/8.585.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, pengautan rupiah hari ini dipicu oleh pasar yang kembali fokus pada pidato Gubernur The Fed Ben Bernanke pada simposium di Jackson Hole, Wyoming, nanti malam atau pukul 10.00 AM waktu setempat.

Karena itu, rupiah menguat meski sebelumnya keluar kisi-kisi bahwa The Fed tidak akan mengelurakan stumulus lanjutan sehingga dolar AS menguat tajam. "Karena itu, sepanjang perdagangan, rupiah mencapai level terkuatnya 8.558 dan terlemahnya 8.578 dari posisi pembukaan 8.569 per dolar AS,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Jumat (26/8).

Kemarin, lanjut Chritian, terjadi pergerakan di luar perkiraan di mana dolar AS menguat tajam seiring perubahan ekspektasi stimulus ekonomi yang diperkirakan tidak diberikan The Fed. Sebab, salah satu anggota The Fed memberikan kisi-kisinya yang juga sebagai anggota simposium tersebut yaitu Thomas Boenick. "Boenick mengatakan bahwa bank sentral AS tetap memproyeksikan GDP AS 2011 di level 2-2,5%," ujarnya.

Angka ini dinilai pasar sangat optimis. Karena itu, peluang resesi double dip AS jadi kecil. Akibatnya, peluang untuk pemberian stimulus seperti Quantitative Easing (QE) tahap ketiga pun jadi kecil. "Karena itu, secara tak terduga, dolar AS menguat tajam kemarin dan jadi tekanan bagi rupiah," ujarnya.

"Resesi double dip tidak meungkin terjadi," kata Christian menirukan Thomas Boenick yang merupakan presiden The Fed dari Kansas City. Boenick diwawancara langsung dari Jackson Hole, Wyoming di sela-sela istirahat simposium itu yang dianggap market sebagai kisi-kisi pidato Bernanke.

Data ekonomi AS yang buruk terutama di sektor manufaktur dan pengangguran ditepis oleh Thomas Boenick. Pekan lalu dirilis indkes manufaktur kawasan Philadelphia yang dirilis minus 30,7 dari sebelumnya plus 3,2. Begitu juga dengan indeks manufaktur New York yang minus 7,7 dari sebelumnya minus 3,8 dan terakhr indeks manufaktur kawasan Virginia dan sekitarnya yang biasa disebut kawasan Richmond dirilis di level minus 10 dari sebelumya minus 1 (satu).

Begitu juga dengan data pengangguran AS terakhir yang negatif. Unemployment Claims AS naik jadi 417 ribu dari sebelumnya 412 ribu. Nanti malam juga akan dirilis data Gross Domestic Product (GDP) AS awal untuk kuartal ketiga 2011 yang diperkirakan 1,1% dari sebelumnya 1,3%. "Semua data ini ditepis oleh Thomas Boenick," tandas Christian.

Menurut Boenick, dikatakan Christian, buruknya data tersebut hanya merupakan fluktuasi temporer. Karena itu The Fed membutuhkan update ekonomi AS lebih lanjut untuk mengeluarkan stimulus baru.

The Fed kelihatannya masih memonitor perkembangannya terlebih dahulu baru mengambil keputusan stimulus kalau memang diperlukan. "Jadi, pasar menangkap sinayl dalam jangka pendek, The Fed belum akan mengeluarkan stimulus terlebih dahulu," paparnya.

Tapi, hari ini dolar AS kembali tertekan sehingga rupiah menguat karena pasar menunggu apa persisnya pidato Gubernur The Fed Ben Bernanke pada simposium di Jacson Hole, nanti malam itu.

Alhasil, dolar AS melemah terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). Indeks dolar AS melemah 0,45% ke level 74 dari sebelumnya 74,30. "Terhadap euro, dolar AS melemah ke level US$1,4447 dari sebelumnya US$1,4373 per euro," imbuh Christian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar