Kamis, 15 September 2011

Mata uang Asia masih memberikan sinyal pelemahan

Mata uang Asia masih memberikan sinyal pelemahan
KUALA LUMPUR. Mata uang Asia masih tampak loyo pada transaksi perdagangan hari ini. Lihat saja, Bloomberg-JPMorgan Asia Dollar Index ditransaksikan mendekati level terendahnya dalam lima bulan terakhir.

Sementara itu, posisi Asia Dollar Index tak banyak berubah di level 117,53. Kemarin, indeks yang megukur kekuatan 10 mata uang Asia teraktif (di luar Jepang) berada di posisi 117,18. Ini merupakan level paling rendah sejak 31 Maret lalu.

Pagi ini, ringgit Malaysia dan peso Filipina menjadi dua mata uang regional yang terpukul paling besar pagu ini. Pada pukul 11.09 waktu Kuala Lumpur, pasangan (pair) dollar AS dan ringgit Malaysia (USD/MYR) berada di level 3,0825. Itu artinya, ringgit melemah 0,3%. Sedangkan pair dollar AS dan peso Filipina (USD/PHP) berada di posisi 43,283. Dengan kata lain, peso melemah 0,1% atas dollar AS. Pada saat yang sama, pair dollar AS dan dollar Singapura (USD/SGD) berada di level S$ 1,2442, yang artinya dollar Singapura keok 0,1%.

Sementara itu, pair dollar AS dan won Korea Selatan (USD/KRW)) berada di level 1.106,95 per dollar atau melemah 0,1%. Sedangkan pair dollar AS dan yuan China (USD/CNY) berada di posisi 6,3887 atau menguat 0,12%.

Sejumlah faktor yang membuat mata uang Asia melemah adalah isu krisis utang Eropa serta perlambatan ekonomi AS. Dua hal tadi mendorong investor melepas kepemilikannya pada pasar saham. Asal tahu saja, data yang dihimpun Bloomberg menunjukkan, investor asing sudah menjual kepemilikannya atas saham-saham di India, Indonesia, Korea Selatan, Taiwan, dan Thailand senilai US$ 2,2 miliar di sepanjang pekan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar