Kamis, 15 September 2011

Sesi Dua, Pilihlah Saham Defensif

INILAH.COM, Jakarta – Koreksi IHSG siang ini diperkirakan akan berlanjut hingga penutupan. Saham-saham yang cukup tahan (defensive) dan diuntungkan pelemahan nilai tukar rupiah bisa menjadi pilihan.

Pada sesi pertama perdagangan Kamis (15/9), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup anjlok 61,31 poin (1,61%) ke level 3.737,729. Begitu juga indeks saham unggulan LQ45 yang turun 13,78 poin (2,07%) ke angka 651,15.

Laju indeks siang ini cukup ramai, didukung oleh volume transaksi yang tercatat mencapai 1,570 miliar lembar saham di pasar reguler dan total mencapai 1,931 miliar. Sementara itu, nilai transaksi mencapai Rp1,881 triliun di pasar reguler dan total Rp1,967 triliun dan frekuensi 69.365 kali. Hanya 35 saham menguat, sedangkan 170 saham melemah dan 89 saham stagnan.

Pelemahan indeks sesi pertama, juga diwarnai aksi jual asing yang mencatatkan transaksi nilai jual bersih (net foreign sell) sebesar Rp 449,04 miliar. Rinciannya, transaksi beli mencapai Rp481,5 miliar sedangkan transaksi jual sebesar Rp930,5 miliar.

Semua sektor saham kompak mendukung pelemahan indeks. Sektor konsumsi memimpin penurunan 3,42%, disusul manufaktur 2,47%, aneka industri 2,03%, industri dasar 1,49%, keuangan 1,30%, perdagangan 1,30%, property 1,16%, pertambangan 1,09%, perkebunan 1,03% dan infrastruktur 0,44%.

Analis Panin Securities Purwoko Sartono memperkirakan, pergerakan indeks domestik hingga penutupan sore nanti akan melemah. “Indeks mengarah ke level support 3.728 dan 3.780 sebagai level resistance-nya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Kamis (15/9).

Pelemahan indeks hari ini, menurut Purwoko, dipicu oleh kekhawatiran investor setelah kemarin rupiah melemah tajam ke level 8.900-an per dolar AS sebelum akhirnya diintervensi oleh Bank Indonesia. “Tapi, kondisi ini justru dilihat oleh investor terutama domestik bahwa capital outflow untuk sementara ini akan terus berlanjut,” ujarnya.

Apalagi, hingga akhir pekan lalu, asing dalam posisi net sell hingga Rp7 triliun selama bulan lalu. Kondisi itu diperparah oleh anjloknya rupiah kemarin. “Memang sekarang, rupiah sudah kembali menguat ke level 8.803 per dolar AS pada pukul 11.15 WIB, tapi ini masih rentan karena market volatile,” paparnya.

Di sisi lain, lanjutnya, pasar juga melihat situasi di luar negeri belum juga kondusif. Meski bursa Asia menguat setelah kenaikan bursa Dow Jones semalam, pasar masih khawatir akan terjadinya pelemahan rupiah lanjutan.

Sementara itu, dari sisi IHSG dibandingkan dengan negara Asia lainnya, secara year to date masih positif 1% bahkan dengan pelemahan tajam kemarin. Begitu juga dengan Filipina yang juga masih positif di level yang sama dibandingkan negara lain yang sudah melemah tajam.

Indeks Nikkei sudah turun 15%-an, Hang Seng hampir 17%, Strait Time Singapura sudah anjlok 13,5%. “Karena itu, wajar jika saat ini pasar profit taking terlebih dahulu dengan memanfaatkan momentum pelemahan rupiah,” papar Purwoko.

Secara fundamental, ditegaskan dia, bursa Indonesia masih kokoh. Tapi, secara sentiment, saat bursa lain sudah turun cukup dalam, posisi investor asing terus net sell dan nilai tukar rupiah yang anjlok, investor lebih berpikir untuk merealisasikan keuntungan. “Tapi, untuk jangka panjang IHSG tetap masih positif.”

Dalam situasi ini, Purwoko merekomendasikan positif saham-saham yang cukup tahan (defensive) atau bahkan diuntungkan oleh pelemahan nilai tukar rupiah di sektor komoditas baik tambang maupun perkebunan dan sektor infrastruktur.

Saham-saham pilihannya adalah PT Borneo Lumbung Energi (BORN), PT BW Plantation (BWPT), PT Jasa Marga (JSMR) dan PT Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP). “Saya rekomendasikan buy on weakness saham-saham tersebut,” imbuh Purwoko. [ast]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar