Senin, 09 Mei 2011

ADRO Diselimuti Rumor, Strong Buy!

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Laju saham ADRO, Senin (9/5) diprediksi menguat. Beredar rumor, emiten ini menandatangani kontrak baru batu bara untuk dua tahun ke depan dengan SCIEG asal China. Strong Buy!

Pengamat pasar modal Willy Sanjaya mengatakan, potensi penguatan saham PT Adaro Energy (ADRO) awal pekan ini salah satunya karena adanya rumor bahwa emiten ini menandatangani kontrak baru batu bara untuk dua tahun ke depan dengan Shanxi Coal Import & Export Group Co, Ltd (SCIEG).

Perusahaan asal China itu akan mengimpor batu bara dari ADRO sebesar 100 juta metrik ton. Karena itu, Willy yakin, akan terjadi pembelian besar-besaran pekan ini di saham ADRO. Meski rumor, ini tetap menandakan adanya investor yang berminat di saham batu bara ini.

“ADRO akan mengarah ke level resistance Rp2.375 dan Rp2.275-2.225 sebagai level support-nya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Minggu (8/5).

Pada perdagangan Jumat (6/5), saham ADRO ditutup melemah Rp25 (1,07%) ke level Rp2.300 dari sebelumnya Rp2.325. Harga intraday tertingginya mencapai Rp2.350 dan terendah Rp2.275. Volume transaksi mencapai 89,1 juta unit saham senilai Rp206,3 miliar dan frekuensi 3.358 kali.

Lebih jauh Willy mengatakan, potensi penguatan ADRO juga mendapat dukungan dari krisis suplai batu bara di China. Kondisi itu, memicu melonjaknya permintaan batu bara ke seluruh dunia. “Semua itu, saya perkirakan akan memicu peningkatan revenue ADRO sebesar 200% untuk full year 2011,” tandas Willy.

Pasalnya, besarnya defisit batu bara di China, memaksa negeri Tirai Bambu membuat kontrak-kontrak panjang dengan emiten-emiten batu bara di Indonesia seperti ADRO. “China mencari tempat-tempat stok batu bara yang bisa melakukan penjualan lebih besar seperti Indonesia,” ucapnya.

UBS AG sebelumnya menyatakan, China kemungkinan besar akan menaikkan permintaan sumber bahan bakar batu bara sebesar 1 juta metrik ton untuk kebutuhan sepekan. Asal tahu saja, manufaktur China tumbuh di luar estimasi dan 70% industri di negeri itu bergantung pada pasokan listrik yang menggunakan energi batubara. “Kondisi itu, otomatis memaksa produsen batu bara dalam negeri lebih produktif untuk dijual ke China,” papar Willy.

Lebih jauh Willy memang mengakui, bursa saham dikagetkan oleh penurunan harga minyak mentah dunia sebesar 14% dari level US$114 per barel ke level US$98 per barel. Tapi, menurutnya, kondisi itu memicu sentiment positif sekaligus negatif.

Di satu sisi, pelemahan harga komoditas menyebabkan terjaganya inflasi Mei ini. Di sisi lain, harga batu bara cenderung turun sehingga bisa jadi tekanan bagi saham-saham di sektor ini. “Tapi, karena besarnya demand batu bara dari China, meski harga minyak mentah dunia turun, saham-saham di sektor batu bara justru berpotensi menguat,” kata Willy mantap.

Terlepas faktor demand batu bara dari China, dilihat dari pola teknikalnya, ADRO cenderung menguat. “Saya rekomendasikan, strong buy ADRO,” imbuh Willy. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar