Senin, 09 Mei 2011

Demand Batu Bara China Siap Dongkrak IHSG

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Laju IHSG pekan ini, diprediksi menguat. Ekspektasi terkendalinya inflasi Mei seiring penurunan harga komoditas dan besarnya demand batu bara dari China menjadi katalisnya.

Pengamat pasar modal Willy Sanjaya mengatakan, potensi penguatan indeks saham domestik pekan ini salah satunya karena besarnya defisit batu bara di China. Kondisi itu menurutnya, memaksa negeri Tirai Bambu membuat kontrak-kontrak panjang dengan emiten-emiten batu bara di Indonesia. China mencari tempat-tempat stok batu bara yang bisa melakukan penjualan lebih besar seperti Indonesia.

Dia memperkirakan, pekan ini, IHSG ^JKSE akan menciptakan support di level 3.759 dan 3.855 sebagai level resistance-nya. Indeks akan bergerak dalam kisaran tersebut.

Jika indeks berhasil tembus ke atas resistance 3.855, penguatan indeks berikutnya ke level 3.900. “Sedangkan level 4.000 masih jauh,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Minggu (8/5).

Pada perdagangan Jumat (6/6), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) ditutup turun 17,72 poin (0,46%) ke level 3.798,55. Begitu juga saham unggulan LQ45 yang melemah 3,28 poin (0,48%) ke 677,61.

UBS AG sebelumnya menyatakan, China kemungkinan besar akan menaikkan permintaan sumber bahan bakar batu bara sebesar 1 juta metrik ton untuk kebutuhan sepekan. Asal tahu saja, manufaktur China tumbuh di luar estimasi dan 70% industri di negeri itu bergantung pada pasokan listrik yang menggunakan energi batubara. “Kondisi itu, otomatis memaksa produsen batu bara dalam negeri lebih produktif untuk dijual ke China,” papar Willy.

Di sisi lain, lanjut Willy, penguatan indeks juga masih mendapat dukungan dari penguatan nilai tukar rupiah yang saat ini berada di level 8.575 per dolar AS. Lalu, cadangan devisa RI terus bertambah ke level US$113,8 miliar.

“Artinya, ekonomi dalam negeri secara umum masih stabil dan dari sisi ini, tidak ada tanda-tanda yang bisa memicu pelemahan indeks,” ungkap Willy. Apalagi, dalam sepekan terakhir, investor asing konsisten dalam posisi net buy sehingga mencapai angka yang menggembirakan di atas Rp1 triliun.

Willy memang mengakui, bursa saham dikagetkan oleh penurunan harga minyak mentah dunia sebesar 14% dari level US$114 per barel ke level US$98 per barel. Tapi, menurutnya, kondisi itu memicu sentiment positif sekaligus negatif.

Di satu sisi, pelemahan harga komoditas menyebabkan terjaganya inflasi Mei ini. Di sisi lain, harga batu bara cenderung turun sehingga bisa jadi tekanan bagi saham-saham di sektor ini. “Tapi, karena besarnya demand batu bara dari China, meski harga minyak mentah dunia turun, saham-saham di sektor batu bara justru berpotensi menguat,” ungkapnya.

Willy berkeyakinan, IHSG akan kembali menguat ke atas 3.800. “Sektor saham pertambangan batu abra yang akan jadi penggerak utama indeks pekan ini,” timpalnya.

Saham-saham pilihannya, PT Bumi Resources (BUMI), PT Adaro Energy (ADRO), PT Berau Coal Energy (BRAU), PT Tambang Bukit Asam (PTBA) dan PT Indo Tambang Raya (ITMG).

Lalu, PT Benakat Petroleum Energy (BIPI), PT Energi Mega Persada (ENRG), PT United Tractors (UNTR), PT Berlian Laju Tanker (BLTA) dan PT Krakatau Steel (KRAS). “Saya rekomendasikan strong buy saham-saham tersebut,” imbuh Willy. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar