Senin, 09 Mei 2011

Pertemuan Bilateral AS-China Turut Perkuat Rupiah

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Nilai tukar rupiah berhasil menguat meski indeks saham domestik melemah. Positifnya rilis data non-farm payroll AS akhir pekan lalu dan pertemuan bilateral AS-China menjadi pemicunya.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, penguatan rupiah hari ini salah satunya dipicu optimisme pasar atas pemulihan ekonomi global seiring membaiknya data non-farm payroll AS yang dirilis akhir pekan lalu. Angkanya jauh di atas prediksi di level 244 ribu pada April dari bulan sebelumnya 221 ribu.

Kondisi itu, lanjut Firman, berdampak positif bagi bursa saham global meskipun IHSG melemah. "Karena itu, sepanjang perdagangan rupiah mencapai level terkuatnya 8.540 dan 8.565 sebagai level terlemahnya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Senin (9/5).

Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (9/5) ditutup menguat tajam 25 poin (0,29%) jadi 8.550/8.557 per dolar AS dari posisi akhir pekan lalu di angka 8.575/8.580.

Di sisi lain, imbuhnya, membaiknya data non-farm payroll AS juga memberikan optimisme atas kenaikan permintaan komoditas sehingga memperkuat mata uang berbasis komoditas termasuk rupiah.

Pada saat yang sama, Senin (9/5) dan Selasa (10/5), ada pertemuan bilateral antara Menteri Keuangan AS Timothy Geithner dengan Wakil Perdana Menteri China Li Keqiang di Washington. Pertemuan tersebut, membahas hubungan kedua negara. "Secara historis, pertemuan bilateral antara AS dan China membuat dolar AS mengalami pelemahan," paparnya.

Sebab, ada persepsi di pasar, China akan menjaga yuan sedikit menguat ketika terjadi pertemuan bilateral. Kondisi itu, berimbas positif terhadap mata uang kawasan termasuk rupiah. "Di sisi lain, tadi pagi Bank of Japan (BoJ) mengadakan pertemuan yang menunjukkan negara itu masih butuh stimulus sehingga yen melemah," imbuhnya.

Alhasil, dolar AS melemah terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). "Terhadap euro, dolar AS ditransaksikan melemah ke level US$1,4404 dari akhir pekan lalu 1,4308 per euro," imbuh Firman.

Dari bursa saham, Head of Researh Valbury Asia Securities Alfiansyah mengatakan, pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) sebesar 13.10 poin (0,34%) ke level 3.785.45, semata dipicu aksi ambil untung sementara. Sebab, dari sisi kondisi fundamental makro ekonomi Indonesia sangat positif.

Apalagi, bursa regional Asia rata-rata bergerak positif. Dia menegaskan, indeks masih cenderung menguat ke depannya. Kondisi itu didukung oleh beberapa faktor internal yakni performa fundamental makro ekonomi yang positif.

Salah satunya, Produk Domestik Bruto (PDB) RI yang dirilis di atas ekspektasi 6,5% (year on year) untuk kuartal pertama 2011. “Di sisi lain, capital inflow terus berlanjut yang tercermin dalam peningkatan cadangan devisa hingga US$113 miliar,” papar Alfiansyah.

Pada saat yang sama, lanjut Alfiansyah, kokohnya fundamental ekonomi RI terlihat juga dari apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang saat ini berada di level 8.550 per dolar AS. Indeks juga mendapat dukungan dari pembagian dividen berbagai emiten. “Karena itu, dari sisi internal cukup positif untuk mendongkrak IHSG,” ucapnya.

Saat ini, lanjut Alfiansyah, pasar menunggu pengumuman suku bunga acuan (BI rate) oleh Bank Indonesia. “Pasar sudah memperkirakan, BI rate bakal dipertahankan di level 6,75%,” imbuh Alfiansyah. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar