Jumat, 17 Juni 2011

Bisnis pembiayaan lesu, laba BDMN tumbuh pelan

Bisnis pembiayaan lesu, laba BDMN tumbuh pelan
JAKARTA. Bisnis multifinance memainkan peran yang besar dalam kinerja PT Bank Danamon Tbk (BDMN). Bank yang porsi kepemilikan mayoritas dipegang Temasek itu, hanya mampu menikmati pertumbuhan laba bersih single digit di kuartal pertama. Laba bersih PT Bank Danamon Tbk (BDMN) di kuartal pertama hanya bisa tumbuh single digit sebesar 9% menjadi Rp 763 miliar. Laba tidak bisa tumbuh tinggi karena margin anak usaha yang menjadi kontributor terbesar BDMN, PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) menyusut.

Penyebabnya adalah penurunan margin anak usahanya, PT Adira Dinamika Multifinance Tbk (ADMF) yang bergerak di bisnis pembiayaan.

Berdasarkan catatan AG Pahlevi, Analis Andalan Artha Advisindo Sekuritas, ADMF yang focus ke pembiayaan kendaraan bermotor, menyumbanghingga 80% untuk kredit mass market BDMN. Mass market sendiri mengisi hingga 58% portofolio kredit BDMN. Singkatnya, "Kinerja BDMN ditentukan ADMF," kata Pahlevi, Kamis (16/6).

Pahlevi menilai Adira masih punya pasar luas setelah muncul rencana pembatasan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan inflasi rendah.

Adira menargetkan nilai pembiayaan di akhir 2011 sebesar Rp 29 triliun, meningkat 15% daripada outstanding di akhir 2010. Sampai akhir kuartal pertama tahun ini, kredit Adira Rp 7,1 triliun.

Robby Hafil, Analis Sucorinvest Central Gani menulis dalam risetnya, pertumbuhan kredit Adira year on year di akhir kuartal pertama mencapai 60%. Sedang total kredit BDMN tumbuh 33,4%.Pahlevi menilai pasar ADMF masih menarik dan dapat terus mendongkrak kinerja BDMN.sangat menarik. WAlasannya, wacana pembatasan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan inflasi rendah bisa membuat kredit sepeda motor berlari kencang. Hingga 66% outstanding kredit ADMF di kuartal pertama berasal dari sepeda motor.

ADMF menargetkan menyalurkan kredit Rp 29 triliun tahun ini, atau meningkat 15% di atas tahun lalu. Sampai dengan kuartal pertama, penyaluran kredit sudah tercatat Rp 7,1 triliun.

Namun, margin ADMF tergerus dari 41% menjadi 35% karena ketatnya kompetisi bisnis pembiayaan kendaraan bermotor. Selain itu, kredit bermasalahalias non-performing loan (NPL) meningkat 40 basis poin menjadi 1,3%.

Syaiful Adrian, Analis Ciptadana Securities mencatat, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) BDMN di akhir kuartal pertama relatif rendah, 14,7%. Lalu loan to deposit ratio (LDR) sampai 95%. "CAR yang terbatas dan LDR yang tinggi membatasi gerak bank untuk mempertinggi pendapatan bunganya," kata Syaiful.Pendapat serupa juga disampaikan analis Ciptadana Securities Syaiful Adrian. DiaSyaiful mencatat, capital adequacy ratio (CAR) BDMN di kuartal pertama relatif rendah, sebesar 14,7%. Di sisi lain, loan to deposit ratio (LDR) sudah mencapai 95%. "CAR yang terbatas dan LDR yang tinggi membatasi gerak bank untuk mempertinggi pendapatan bunganya," kata Syaiful.

Untuk mempertahankan CAR, BDMN telah melakukan upaya menurunkan dividen payout ratio dari 53% menjadi 35%. Syaiful memperkirakan CAR akan menyusut menjadi 13,1% di akhir tahun.

Bunga tertekan

Untuk mempertahankan CAR, BDMN telah menurunkan dividen payout ratio dari 53% menjadi 35%. Syaiful meramal, CAR bank susut 13,1% per akhir 2011.

Pahlevi memprediksi, pertumbuhan kredit tahun ini tidak istimewa, hanya 19%, terutama dari bisnis konsumen. Dia menganggap, bunga kredit mikro BDMN sulit menyaingi pemain lain. Menurut Pahlevi, BDMN juga sulit bersaing di tengah banyaknya pemain baru di kredit mikro karena bunga kurang . "Bunga yang ditawarkan belum kompetitif.," kata dia.

Sekadar catatan, segmen mass market mengalami pertumbuhan tertinggi di antara segmen kredit BDMN lain di kuartal pertama, mencapai 45%. Segmen korporasi dan usaha mikro masing-masing tumbuh 30% dan 20%. Ritel malah merosot 21%.

Pahlevi dan Syaiful sama-sama merekomendasi hold untuk BDMN. Target harga Pahlevi Rp 6.700, mencerminkan price to book value (PBV) 2011 sebesar 2,7 kali. Dia menghitung,saham BDMN saat ini diperdagangkan dengan PBV 2,5 kali, lebih rendah daripada saham di industri sejenis 3 kali.

Syaiful mematok target harga Rp 5.500, mencerminkan price to earning ratio (PER) dan PBV 2011 masing-masing 16,1 kali dan 2,5 kali. " Sementara Robby menganggap saham BDMN layak mendapat rekomendasi buy dengan target harga Rp 6.200 per saham. Nilai tersebut mencerminkan PBV 2011-2012 berkisar 3,1 kali-2,7 kali.

Pada Kamis (16/5), harga BDMN melemah 1,67% menjadi Rp 5.900 per saham.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar