Jumat, 17 Juni 2011

Krisis Yunani menekan minat beli investor, rupiah tumbang 0,8% sepekan ini

Krisis Yunani menekan minat beli investor, rupiah tumbang 0,8% sepekan ini
JAKARTA. Kekhawatiran memburuknya krisis utang Yunani masih menekan rupiah, hari ini. Tak ayal, koreksi yang terjadi pada rupiah sepekan ini menjadi pelemahan mingguan terbesarnya di tahun ini.

Rupiah tumbang 0,8% pada pekan ini, dan bertengger di Rp 8.598 per dollar AS hingga pukul 10.30 di Jakarta. Ini menjadi pelemahan tertajamnya sejak November 2010,

Krisis utang Yunani yang terlihat kian memburuk dan sinyal perlambatan pertumbuhan ekonomi mengurangi minat pasar untuk masuk ke aset negara berkembang (emerging market). Asing tercatat melepas US$ 19,3 juta dari pasar saham lokal, lebih besar dari jumlah yang mereka beli, kemarin.

Perdana Menteri Yunani George Papandreou berencana mengumumkan perubahan pada kabinetnya, hari ini, setelah gagal memenangkan dukungan oposisi untuk menerapkan langkah-langkah penghematan. Sementara, data pembangunan perumahan di AS turun ke level terendah sembilan bulan, dan indeks kepercayaan manufaktur di wilayah New York pada Juni turun di luar perkiraan.

Ekonom Barclays Capital Prakriti Sofat menilai, kebanyakan investor tidak sepenuhnya yakin perekonomian global sedang menuju ke arah mana, dan ini tercermin pada volatilitas di pasar. "Kekhawatiran atas pertumbuhan global, utang Eropa, dan berakhirnya putaran kedua stimulus AS datang bersamaan, dan membebani pikiran investor," ujarnya.

Sepekan ini, harga obligasi pemerintah bertenor 10 tahun turun. Data Inter-Dealer Market Association menunjukkan, pada pekan ini, imbal hasil obligasi yang jatuh tempo Juli 2021 naik 20 basis poin ke 7,57%.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar