Jumat, 17 Juni 2011

Tunggu Level Suport Saham Bakrie

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Dengan rata-rata koreksi 3%, level harga saham-saham grup Bakrie sangat menarik diakumulasi. Hanya saja, investor harus sabar menentukan batas support. Sebab, tekanan jual masih jadi ancaman.

Pengamat pasar modal dari Capital Bridge Indonesia Aji Martono mengatakan hal itu kepada INILAH.COM, di Jakarta, Kamis (16/6). Menurutnya, market masih akan diwarnai profit taking karena pasar berpikir masih ada pembelinya. “Pelaku pasar lebih cenderung memegang cash daripada memegang saham termasuk pada saham-saham grup Bakrie,” katanya.

Pada perdagangan Kamis (16/6) saham-saham grup Bakrie mengalami rata-rata pelemahan 3% (lebih tepatnya 2,95%). Saham PT Darma Henwa (DEWA) mengalami pelemahan paling besar 4,76% (Rp5) ke level Rp100, disusul PT Bakrieland Development (ELTY), 4,66% (Rp7) ke level Rp143 dan di urutan ketiga PT Bumi Resources (BUMI) sebesar 4,58% (Rp150) ke level Rp3.125.

Lalu, PT Bakrie Sumatera Plantation (UNSP) sebesar 3,44% (Rp15) ke posisi Rp420; PT Energi Mega Persada (ENRG) sebesar 2,07% ke level Rp189; PT Bakrie and Brothers (BNBR) 1,40% (Rp1) ke level Rp70; PT Bakrie Telecom (BTEL) 1,38% (Rp5) ke Rp143; dan PT Bumi Resources Minerals (BRMS) sebesar 1,31% (Rp10) ke posisi Rp750. Berikut ini wawancara lengkapnya:

Setelah rata-rata melemah 3%, bagaimana Anda memperkirakan, laju saham-saham grup Bakrie akhir pekan ini?

Masih akan babak belur. Sebab, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ), masih dibayangi kekhawatiran koreksi bursa regional-global. Karena itu, penurunan bursa Dow Jones akan berpengaruh negatif pada indeks Nikkei, Hang Seng, dan IHSG.

Menurut saya, market masih akan diwarnai profit taking karena pasar berpikir masih ada pembelinya. Pelaku pasar lebih cenderung memegang cash daripada memegang saham termasuk pada saham-saham grup Bakrie.

Tapi, dengan pelemahan kemarin, apakah level harga saham-saham grup Bakrie belum menarik untuk akumulasi?

Dengan rata-rata koreksi 3%, pada perdagangan kemarin, saham-saham di grup ini sangat menarik. Saham ENRG yang tertingginya di level Rp215 dan saat ini berada di bawah Rp190, sangat terbuka peluang akumulasi.

Begitu juga dengan saham BUMI yang tembus level support Rp3.275. Bahkan, saat ini sudah berada di level Rp3.125. Kondisi itu, memberikan ruang menarik bagi investor yang belum memiliki saham sejuta umat pada perdagangan Jumat (17/6) ini untuk mengakumulasi.

Bagaimana dengan ELTY di level Rp143?

ELTY yang pernah mencapai level tertingginya Rp188 dan sekarang di level Rp140-an sangat menarik. BTEL di level Rp355 juga menarik. BNBR di bawah level Rp70 cukup menarik untuk mulai akumulasi. BRMS juga menarik karena volume tranasaksi yang masih cukup kuat.

UNSP bagaimana?

Apalagi, UNSP sangat menarik di level Rp420. Sebab, produk emiten ini adalah Crude Palm Oil (CPO). Level tersebut masih bertahan dan murah. Saham ini, seharusnya sudah berada di level Rp500. Sementara PT Tunas Baru Lampung (TBLA) saja sudah berada di atas Rp500. Untuk jangka panjang, UNSP berpotensi mencapai Rp600 per saham.

Kalau begitu, di tengah situasi market yang terancam melemah, bagaimana strategi trading di saham-saham tersebut?

Saya ingatkan, agar investor wait and see untuk melakukan pembelian di level-level support tersebut. Sebab, momentum hari ini adalah akhir pekan. Patokan market adalah pergerakan Dow Jones yang berpengaruh pada laju regional Asia termasuk Indonesia.

Investor harus bersabar untuk memastikan batas support dalam mengambil keputusan akumulasi saham termasuk di grup Bakrie. Sebab, kemungkinan tekanan jual akan terjadi akibat reaksi indeks yang berlebih. Investor akan melakukan aksi lepas saham termasuk juga di grup Bakrie.

Ada peluang bursa regional-global menguat?

Kecuali, jika penurunan bursa regional sudah melambat dan ‘sopan’, akumulasi akan terjadi di saham-saham grup Bakrie ini untuk jangka pendek. Sebab, setelah melemah tajam, berpeluang naik dengan capital gain yang sangat besar. Apalagi, saham-saham di grup Bakrie sangat spekulatif.

Tapi, lagi-lagi saya ingatkan, jika market regional tidak mendukung, saham-saham Bakrie8 ini bakal ‘babak belur’. Sebaliknya, jika bursa regional menguat, indeks domestik pun akan ijo royo-royo. Tren pergerakan bursa regional akan berpengaruh di market. Saham grup Bakrie pun terkontaminasi. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar