Rabu, 15 Juni 2011

Dana asing beralih dari saham ke SUN

Dana asing beralih dari saham ke SUN
JAKARTA. Pasar saham domestik belum imun terhadap ancaman krisis global. Dalam sebulan terakhir, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) rentan koreksi.

Memang, Selasa (14/6), IHSG naik 0,65% menjadi 3.773,27. Namun jika dihitung selama sebulan terakhir, indeks sudah melorot 1,53%. Kejatuhan indeks ini tak lepas dari hengkangnya investor asing dari pasar saham.

Investor asing kemarin memang mencatatkan pembelian bersih atau net buy senilai Rp 1,79 triliun di BEI. Namun net buy asing itu karena ditopang crossing saham PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) senilai Rp 1,8 triliun. Aksi tersebut terkait tender offer saham BRAU oleh Bumi Plc (dulu bernama Vallar Plc).

Apabila mencermati data sebulan terakhir, pemodal asing lebih banyak melancarkan aksi jual bersih (net sell) di pasar saham domestik, yakni mencapai Rp 7,83 triliun. Tapi para analis meyakini investor asing tidak hengkang dari pasar finansial Indonesia. "Uang tersebut tidak lari kemana-mana.

Lihat saja, rupiah masih di kisaran Rp 8.500 per dollar AS," ujar Adrianus Bias Prasuryo, Analis Samuel Sekuritas Indonesia. Dia menduga, dana asing beralih masuk ke pasar uang domestik, seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Utang Negara (SUN).

Data Kementerian Keuangan per Jumat (13/6) lalu menunjukkan, dana asing di SUN mencapai Rp 235,91 triliun. Jumlah ini bertambah Rp 1 triliun dari posisi awal Juni senilai Rp 234,70 triliun. Bahkan, sejak awal tahun hingga pekan lalu, porsi asing di SUN telah naik Rp 40,15 triliun, atau tumbuh 20,51%.

Para investor mancanegara masih menganggap Indonesia sebagai ladang subur bagi investasi. Fundamental ekonomi emerging market seperti Indonesia masih lebih baik dibandingkan kondisi global saat ini. Ekonomi Eropa dan Amerika Serikat belum pulih.

Daya tarik lainnya adalah kemungkinan peringkat utang Indonesia terkerak ke level investment grade pada tahun depan. Dengan begitu, "Risiko berinvestasi di Indonesia akan menurun," ujar Rosady T.A. Montol, Chief Economist Bank Negara Indonesia.

Apalagi, disparitas suku bunga Indonesia dan AS masih lebar. Dus, investor asing tetap betah membiakkan dananya di sini. Kecuali jika Bank Sentral AS mengerek suku bunganya. "Investor asing bisa-bisa keluar dan mengalihkan dananya ke AS," ucap Gifar Indra Sakti, Analis Sucorinvest Central Gani.

Analis juga mengingatkan krisis keuangan tetap mengintai pasar keuangan global, dan pemulihannya pun tidak dalam sekejap mata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar