Rabu, 15 Juni 2011

Sentimen AS Tergerus GWM China dan Yunani

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Rupiah bergerak tak kompak dengan laju indeks saham domestik. Sentimen positif data retail sales dan Producer Price Index (PPI) AS terhalang kenaikan GWM China dan krisis utang Yunani.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Albertus Christian mengatakan, pelemahan rupiah dipicu kekhawatiran di zona Eropa akibat belum jelasnya penyelesaian utang Yunani. Karena itu, dolar AS mendapatkan tenaga dan menjadi tekananan bagi mata uang lainnya di dunia.

Bahkan, imbuh Albertus, pasar melihat, kesepakatan bailout Yunani ditunda hingga Juli yang sejatinya diputuskan akhir Juni ini. "Karena itu, sepanjang perdagangan rupiah mencapai level terlemahnya 8.547 dan 8.526 sebagai level terkuatnya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Rabu (15/6).

Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Rabu (15/6) ditutup melemah 10 poin (0,11%) ke level 8.543/8.553 per dolar AS dari posisi kemarin 8.533/8.535.

Akibatnya, lanjut Christian, perbankan Eropa pun mencari aset-aset safe haven seperti dolar AS atau obligasi pemerintah yang rating utangnya lebih tinggi. "Saat ini, pasar menantikan the Economic and Financial Affairs Council (Ecofin) meeting pada Senin (20/6) pekan depan," imbuhnya.

Christian menegaskan, penguatan dolar AS saat ini sebagai reaksi pasar sebelum pertemuan tersebut. "Sebelumnya, para menteri keuangan di Zona Eropa belum mengindikasikan kesepakatan," timpalnya.

Di sisi lain, lanjutnya, data-data ekonomi yang dirilis di AS juga memperkuat dolar. Data retail sales AS dirilis lebih tinggi dari estimasi -0,3% ke level -0,2%. "Sementara itu, retail sales di luar sektor otomotif justru naik 0,3%," timpalnya.

Begitu juga dengan indikator inflasi AS dilihat dari Producer Price Index (CPI), tidak serendah perkiraan. Angkanya naik 0,2% dari perkiraan 0,1% dan bulan sebelumnya 0,8%. "Memang angkanya lebih rendah dari bulan lalu, tapi lebih baik dari ekspektasi," ungkapnya.

Sebelumnya pasar memperkirakan akan terjadi penurunan inflasi AS yang signifikan. Apalagi, nanti malam akan dirilis inflasi AS dari sisi harga konsumen (Consumer Price Index/CPI) yang juga diekspektasikan akan bagus. "CPI AS diprediksi naik 0,2% dan prediksi para analis 0,5% dan bulan sebelumnya 0,2%," imbuhnya.

Alhasil, dolar AS menguat 0,75% terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). "Terhadap euro, dolar AS menguat ke level US$1,4336 dari posisi sebelumnya di level US$1,4441 per euro," imbuhnya.

Dari pasar modal, Head of Research Division PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan, penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) sebesar 20,98 poin 0,56% ke level 3.794,251 dipicu oleh posisi penutupan dari Indeks Dow Jones Industrial (DJI) yang sebenarnya sinyalnya positif. “Akan tetapi, indeks-indeks dari bursa di kawasan Asia hari ini terlihat kurang bertenaga,” ujarnya.

Kondisi itu, imbuh Satrio, sebagai reaksi atas kebijakan The People's Bank of China (PBoC) yang menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 50 basis poin ke level 21,5% yang efektif pada 20 Juni 2011. “Karena itu, bursa Asia bergerak hati-hati,” paparnya.

Sementara itu, lanjutnya, secara teknikal, IHSG kemarin memberikan sinyal yang sudah bagus, karena bisa ditutup di atas resistance 3.770. “Tapi melihat regional yang gak ke mana-mana seperti itu, IHSG hari ini lebih cenderung untuk bergerak datar (flat) cenderung naik pada kisaran terbatas,” ungkapnya. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar