Rabu, 15 Juni 2011

Inilah Saham Perbankan Pilihan Analis

Headline
INILAH.COM, Jakarta- Saham sektor perbankan menjadi rekomendasi beberapa analis, terkait faktor fundamental domestik yang positif. Mana saja pilihan saham yang oke?

Analis pasar modal dari Citi Pacific, Hendri Effendi mengatakan, saham perbankan menarik karena kinerja keuangan kuartal dua 2011 yang dirilis pertengahan Juli ini, masih positif. “Dengan tingkat inflasi moderat, arah kebijakan moneter yang masih mempertahankan BI rate juga menjadi pendongkrak saham perbankan,” ujarnya kepada INILAH.COM.

Beberapa saham yang direkomendasikan adalah Bank Agroniaga (AGRO), karena jangka pendek masih uptrend. Kemudian Bank Tabungan Negara (BBTN), Bank Jabar Banten (BJBR), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Mandiri (BMRI), “Investor bisa buy on weakness pada emiten-emiten ini,” katanya.

Senada dengan Yuganur Wijanarko, periset senior HD Capital. Menurutnya, sektor perbankan akan menjadi salah satu dari tiga sektor yang mengerek IHSG menembus level 4.000. Ia memilih sektor perbankan karena laju kenaikan suku bunga yang masih tertahan inflasi rendah. “Suku bunga tetap merupakan katalis positif dalam beberapa bulan ke depan,” ucapnya.

Selain itu, penguatan rupiah untuk antisipasi upgrade sovereign rating ke investment grade, akan menguntungkan posisi bank pemerintah yang mayoritas source funding dari obligasi RI. “Apalagi pasar optimistis laba dan pinjaman perbankan dapat tumbuh diatas 20% tahun ini,” katanya.

Beberapa pilihan saham berasal dari big cap bank pemerintah, salah satunya BBRI. Menurutnya, bisnis model solid dalam segmen micro lending dengan margin keuntungan tinggi dan pertumbuhan kredit di atas rata-rata, serta optimisme laba dan pertumbuhan kredit kuartal kedua 2011, merupakan katalis positif.

“Rekomendasi beli dengan target harga Rp6.450, sedangkan hingga akhir Juni harga BBRI dapat mencapai Rp6.700,” ujarnya.

Yuga juga merekomendasikan BMRI dan Bank Negara Indonesia (BBNI), dengan target harga hingga akhir Juni masing-masing di level Rp7.350 dan Rp4.000.

Seperti diketahui, BMRI menargetkan mengucurkan kredit untuk infrastruktur sebesar Rp10 triliun sepanjang 2011. Hingga kini, kredit yang sudah tersalurkan baru Rp3 triliun. Artinya kredit yang belum dikucurkan sekitar Rp7 triliun, karena kebanyakan debitur belum membutuhkan kredit tersebut.

Terkait hal ini, analis Etrading securities mengatakan, belum maksimalnya saluran kredit BMRI untuk sektor infrastruktur merupakan isu yang perlu dicermati terkait target pertumbuhan kinerja keuangan BMRI. Apalagi perseroan memiliki strategi yang menetapkan 10-12% saluran kreditnya ke sektor infrastruktur.

Lambatnya penyerapan kredit sektor infrastruktur tak lepas dari peran pemerintah dalam merealisasikan dan mendukung pembangunan infrastrukutur Indonesia melalui kebijakan ekonomi dan regulasi.

Padahal jika rencana pembangunan infrastrukutr terealisasi dengan baik, sektor infrastruktur akan menjadi sektor menjanjikan bagi perbankan untuk memberikan bantuan pendanaan.

Sebelumnya, analis Sekuritas Ekokapital Cece Ridwanullah juga merekomendasikan sektor perbankan, terkait sentimen inflasi yang terkendali dan stabilnya rupiah di level 8.500 per dolar AS. Untuk sektor ini, Cece menjagokan saham BBRI, BMRI dan Bank Central Asia (BBCA). “Sektor ini menarik karena karena porsi laba bersih kuartal pertama 2011 lebih baik dibandingkan sektor lain,” ujarnya. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar