Jumat, 03 Juni 2011

Inilah Bukti Kegagalan 'Quantitative Easing' AS

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Quantitative Easing (QE) tahap dua usai pada akhir Juni ini. Namun, data-data ekonomi AS tak kunjung membaik yang menjadi indikator kesuksesannya. Artinya, QE2 tak tepat sasaran.

Analis Monex Investindo Futures Daru Wibisono mengatakan, Quantitative Easing (Pelonggaran Kuantitatif/QE) pada mulanya bertujuan meningkatkan tarap hidup masyarakat dengan memberikan keringanan utang jangka panjang.

Secara teknis, lanjut Daru, Bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) menggelontorkan dana bagi masyarakat. Tapi, karena likuiditas dolar AS yang beredar di masyarakat AS terlalu banyak, inflasi AS pun terdongkrak. “Karena itu, efek negatif dari QE adalah tingkat konsumsi berkurang. Ini terlihat dari retail sales AS yang menurun,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Kamis (2/6).

Padahal, lanjut Daru, QE dimaksudkan untuk mengatasi keterpurukan ekonomi negara adidaya itu. Sementara itu, inflasi juga memicu efek negatif pada kenaikan suku bunga di masa depan. “Sisi positifnya, penghentian QE tahap dua akhir Juni ini akan memberikan ruang gerak yang cukup bagus bagi dolar AS. Sebab, likuiditas dolar AS di pasar berkurang,” ungkapnya.

Menurut Daru, QE sempat membuat dolar AS menguat ke level US$1,395 per euro pada pekan ketiga-keempat Mei 2011. Sebab, jelang berakhirnya, QE bulan ini, sempat memicu perburuan pasar atas dolar AS. “Karena itu, dolar AS sempat menguat terhadap mata uang utama,” ungkapnya.

Hanya saja, jika dilihat dari indikator-indikatornya, QE justru gagal mendongkrak ekonomi AS. Di sisi lain, tuduhan miring pun muncul. Sejauh ini QE dituding sebagai pemicu kenaikan harga komoditas. Sedangkan harga rumah di AS tidak beranjak karena memburuknya faktor kredit. “Masyarakat AS lebih mengutamakan kebutuhan primer terutama pangan dan kesehatan,” ucapnya.

Dari sisi ini, lanjut Daru, jelas QE tidak efektif. Padahal, perumahan memiliki high impact terhadap perekononomian. Data pending home sales (Penjualan Rumah Tertunda) pada April 2011 dirilis minus 11,6% dari prediksi minus 1% dan bulan sebelumnya 5,1%. “Padahal, ini merupakan penjualan rumah bekas. Apalagi, rumah baru,” timpal Daru.

Begitu juga dengan data durable goods yang angkanya turun di bawah estimasi 4% ke level 3,6%. Data non-farm payroll Mei yang dirilis Jumat (3/6) angkanya sudah diprediksikan turun ke level 180 ribu tenaga kerja dari sebelumnya 244 ribu. “Jadi, QE kurang mengena sasaran,” tuturnya.

Dia menjelaskan, QE hanya hanya bermanfaat bagi sektor finansial tapi berpengaruh negatif di sektor lain. “QE bertujuan mengangkat pemulihan ekonomi. Tapi, kenyataannya, indikator-indikator ekonomi AS justru negatif,” ucapnya.

Dengan indikator ekonomi AS yang bermunculan belakangan ini, lanjut Daru, The Fed akan tertinggal oleh bank-bank sentral lain untuk menaikkan suku bunga. Sebab, saat ini, dolar AS kembali terpukul ke level US$1,4450 per euro. “Memburuknya, data-data ekonomi sulit untuk menopang penguatan dolar AS selanjutnya,” urai Daru.

Di sisi lain, QE juga bertujuan mengangkat konsumsi masyarakat. Faktanya, belanja konsumen AS hanya tumbuh 0,4% pada April dibandingkan sebelumnya naik 0,5%. Situasi ini kurang memuaskan harapan investor atas dampak QE.

Pada saat yang sama, klaim pengangguran AS juga terus bertambah. Data ISM manufaktur AS juga di bawah ekspektasi. Sebelumnya 60,4 menjadi ekspektasi 57,7. Kondisi ini menjadi tekanan bagi ekonomi yang sedianya dipulihkan QE. Begitu juga dengan data construction spending. Angka sebelumnya 1,4% menjadi ekspektasi 0,3%.

Data-data tersebut memberikan hight impact bagi perekonomian AS. Akibatnya, Gross Domestic Product (GDP) AS dirilis di bawah prediksi analis. Memang, imbuhnya, PDB AS sempat naik ke level 3,2% pada kuartal IV/2010.

Tapi, kembali turun ke 1,8% pada kuartal I/2011 dari prediksi 2,2%. “QE tidak kena sasaran sehingga indikator-indikator ekonomi AS yang dirilis tidak memuaskan. Ini bisa jadi karena pengontrolannya yang kurang efektif,” imbuh Daru. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar