Jumat, 03 Juni 2011

Menimbang dampak penerbitan saham baru terhadap pertumbuhan BMRI

Menimbang dampak penerbitan saham baru terhadap pertumbuhan BMRI
JAKARTA. Anak usaha PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) terus bertambah. Bank dengan nilai aset terbesar di Indonesia akan mengakuisisi 60% saham PT Asuransi Dharma Bangsa (ADB) di kuartal ketiga tahun ini.

BMRI telah merambah bisnis asuransi dengan memiliki saham PT AXA Mandiri Financial Services. Joseph Pangaribuan, Analis Samuel Sekuritas mengatakan, segmen yang disasar ADB berbeda dengan AXA. "ADB fokus ke ritel, syariah dan usaha kecil. Sedang AXA lebih ke korporasi," kata Joseph, Selasa (31/5).

Menurut Joseph, akuisisi ADB bisa jadi tak membawa dampak signifikan bagi BMRI. Dalam hitungan Joseph, pendapatan komisi ADB tak sampai 1% jika dibandingkan dengan pendapatan total BMRI.

Jika ADB diasumsikan sudah bergabung dengan BMRI di tahun 2009, maka asuransi itu menyumbang 0,02% dari pendapatan konsolidasi bank tersebut. Joseph menilai, aksi BMRI mengakuisisi ADB lebih merupakan strategi memperluas basis nasabah.

Kredit kuat

Pertumbuhan BMRI tahun ini masih akan ditopang kredit. Apalagi, bank beraset terbesar di Tanah Air ini baru mendapat dana segar Rp 11,7 triliun, hasil rights issue.

Syaiful Adrian, Analis Ciptadana Securities menilai, rights issue berperan signifikan untuk menyokong rasio kecukupan modal minimum (CAR) BMRI hingga bank itu bisa memperbesar kredit.

CAR BMRI per akhir kuartal I-2011 sebesar 18,5%, naik dibanding posisi per akhir Maret 2010, yaitu 13,1%. Sementara kredit di kuartal I-2011 tumbuh 25% secara tahunan, lebih tinggi dari target manajemen BMRI, yaitu 20%-22%.

Joseph memperkirakan, CAR BMRI berkisar 14%-15% dalam lima tahun mendatang. Pertumbuhan kredit BMRI akan dimotori kredit ke segmen usaha kecil, mikro dan komersial.

AG Pahlevi, Analis Andalan Artha Advisindo Securities bilang, ada penyusutan dikredit korporasi. "Bagus karena risiko kredit korporasi terbesar, " kata dia dalam risetnya.

Bagi BMRI, memperbesar kredit perlu untuk memenuhi aturan rasio penyaluran kredit berbanding dana pihak ketiga (LDR). Per akhir kuartalI-2011, LDR BMRI 60%, lebih tinggi daripada posisi di akhir Maret 2010, 55%. Namun LDR BMRI masih di bawah ketentuan minimal yaitu 78%.

Syaiful memperkirakan, LDR BMRI akan naik secara bertahap menjadi masing-masing 70%, 72%, dan 75% sepanjang 2011-2013.

Joseph memprediksi, pendapatan bunga bersih BMRI tahun ini tumbuh menjadi
Rp 26,51 triliun dan laba bersih Rp 12,75 triliun.

Prediksi Syaiful, pendapatan bunga bersih dan laba bersih BMRI tumbuh menjadi masing-masing Rp 23,02 triliun dan Rp 11,52 triliun. Proyeksi Pahlevi, laba bersih bisa mencapai Rp 15,16 triliun.

Ketiga analis kompak memberi rekomendasi buy saham BMRI. Joseph memasang target harga Rp 8.300 berdasarkan rasio price to book value (PBV) 3,7 kali. Target Pahlevi Rp 8.500 berdasarkan PBV 3,5 kali. Saat ini, BMRI diperdagangkan dengan PBV 3 kali.

Target harga Syaiful paling tinggi, Rp 9.200 per saham, yang mencerminkan rasio PBV sebesar 3,5 kali-2,4 kali sepanjang 2011-2012

Harga BMRI, Rabu (1/6), terperosok 0,69% menjadi Rp 7.150 per saham

Tidak ada komentar:

Posting Komentar