Rabu, 08 Juni 2011

Mencermati Kiprah AT&T di Indonesia

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Raksasa telekomunikasi Amerika Serikat AT & T Inc pada Rabu (8/6) mengatakan bahwa pihaknya telah mendapatkan lisensi untuk beroperasi di Indonesia. Seperti apa kiprahnya?

AT&T siap meramaikan industri layanan sistem komunikasi data (Siskomdat) Indonesia dengan katalis baru untuk mengembangkan bisnis perusahaan di Asia. AT & T biasanya menyediakan layanan bisnis, seperti jaringan privat virtual, aplikasi bisnis dan akses jaringan bagi perusahaan multi-nasional.

Melalui lisensi baru, perusahaan berencana menawarkan layanan telepon Internet dan jaringan berhasil perusahaan global di Indonesia. Layanan sistem komunikasi data sendiri merupakan salah satu bagian dari jasa multimedia. Hanya saja, layanan ini kurang populer di masyarakat, karena target pasarnya lebih ke segmen korporat.

AT & T merupakan operator telekomunikasi asing pertama yang diberikan izin beroperasi di Indonesia. Sebelumnya, perusahaan telah menjual layanan dalam kemitraan dengan penyedia lokal. Sebuah lisensi memungkinkan AT & T memberikan pelayanan langsung kepada perusahaan-perusahaan di Indonesia, yang dapat dorongan pendapatan dan margin, karena perusahaan tidak perlu berbagi pangsa pasar.

Lisensi menggarisbawahi pentingnya operasi di luar negeri sebagai pendorong pertumbuhan. Ini juga menggambarkan kecenderungan pelonggaran peraturan kontrol suatau negara atas bisnis. Akses yang lebih luas bagi perusahaan-perusahaan telekomunikasi AS berarti suatu aksi ekspansif untuk unit bisnis, yang masih menghadapi stagnasi di pasar perumahan.

Pengajuan izin AT&T ini dimungkinkan karena sesuai Peraturan Presiden nomor 36 tahun 2010 tentang Daftar Negatif Investasi (DNI). Bahkan bidang Siskomdat dibuka untuk asing hingga 95%.

Sampai saat ini hanya ada 9 perusahaan yang memegang izin penyelenggara Siskomdat di Indonesia, semuanya murni investasi domestik. Mereka adalah PT Sejahtera Globalindo, PT Sistelindo Mitralintas, PT Centrin Nuansa Teknologi, PT Berca Hardayaperkasa, PT Dini Nusa Kusuma, PT EDI Indonesia, PT Imani Prima, PT Patrakom, PT Aplikanusa Lintasarta.

Roman Pacewicz, wakil presiden senior pemasaran dan strategi global untuk AT & T mengatakan, ada kecenderungan umum di kawasan, dimana negara-negara membuka diri, "Setiap pasar Asia adalah pasar yang perlu dicermati dan dievaluasi."

Asia-Pasifik adalah kawasan global kedua terbesar dengan tingkat pertumbuhan tahunan dua digit selama lima tahun terakhir. Bandingkan dengan pendapatan bisnis total AT & T yang justru turun 4,5% menjadi US$ 9,3 miliar pada kuartal dua ini.

Hal ini terjadi walaupun layanan yang lebih canggih, seperti protokol Internet, menunjukkan pertumbuhan. Perusahaan telah mendorong menggantikan warisan telepon lamanya dan pendapatan koneksi internet dengan layanan berbasis internet canggih.

Dengan daya tarik kawasan Asia-Pasifik, tak heran bila selain Indonesia, AT & T juga melirik ke Thailand dan Vietnam, pasar dengan pertumbuhan cepat lainnya, yang baru-baru ini melonggarkan peraturan mereka.

AT&T tergiur oleh manisnya pundi-pundi pendapatan di kawasan ini. Setelah diizinkan beroperasi di India pada 2006 lalu, perusahaan mengalami lonjakan pendapatan 60% pada tahun berikutnya. Sejak itu, pendapatan di India terus berkembang dua digit, apalagi negara ini merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan tercepat. AT&T juga menerima lisensi untuk beroperasi di Malaysia tahun lalu.

Saat ini, AT & T memiliki sekitar 80 pelanggan multinasional di Indonesia. Tetapi proses penagihan dan layanan jual rumit karena pengaturan kemitraan. Pacewicz yakin lisensi memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan basis pelanggan di negara ini.

Perseroan melalui proses dua tahun pengajuan izin dan bertahan dalam proses audit untuk memperoleh lisensi. Selain harus berkomitmen untuk investasi di Indonesia, meskipun perusahaan menolak menentukan bentuknya. Sementara pemberian lisensi di masa lalu, menyebabkan pijakan kuat di Indonesia dan percikan pertumbuhan pendapatan.

Masuknya AT & T di Indonesia bisa berarti persaingan yang lebih ketat bagi penyedia telekomunikasi lokal di Indonesia, termasuk Indosat. Tapi Pacewicz mengatakan bahwa hal itu akan terjadi setelah AT&T menjadi perusahaan global yang lebih besar, meninggalkan bisnis lokal ke penyedia domestik. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar