JAKARTA. Posisi dollar Australia kembali melemah di hadapan dollar Amerika Serikat (AS). Kemarin (7/6), kurs harian AUD/USD turun tipis 0,11% menjadi 1,0701.
Mata uang Aussie ini melemah setelah bank sentral Australia atau Reserve Bank of Australia (RBA) memutuskan tetap menjaga suku bunga acuan di level 4,75%. Toh, keputusan itu sejalan ekspektasi sejumlah analis yang disurvei Bloomberg. Para analis yakin RBA tetap mempertahankan suku bunga acuan.
Sebelum RBA mengumumkan suku bunga, pasangan AUD/USD sempat menanjak ke 1,0744. Ini adalah posisi terkuat Aussie selama empat pekan terakhir.
Putu Andiwijaya, Dealer Forex Global Market PT Bank Rakyat Indonesia, meyakini koreksi dollar Australia hanya berlangsung sementara. Salah satu alasannya, indeks harga konsumen Australia di bulan Mei 2011 secara bulanan turun menjadi 0,2%, atau terkoreksi menjadi 3,3% jika disetahunkan (yoy). Pada April lalu, indeks harga konsumen bulanan dan tahunan di Australia masing-masing setinggi 0,3% dan 3,6%.
"Jika suku bunga Australia dinaikkan, hal tersebut tentu tidak sinkron dengan pelambatan ekonomi. Selanjutnya, permintaan komoditas akan menyusut," kata Putu.
Dia menggambarkan, Australia merupakan negara komoditas. Jadi, jika suku bunga acuan naik, dollar Aussie bakal terangkat dan harga komoditas semakin mahal. Lantaran perekonomian melambat, komoditas tak terserap pasar dan persediaan semakin berlimpah.
Jadi, wajar apabila RBA menahan suku bunga. Di sisi lain, performa dollar Australia masih lebih baik ketimbang dollar AS.
Secara teknikal, mata uang Aussie diprediksi masih dalam tren bullish. Pada pekan ini, pasangan AUD/USD berpotensi menembus level resistance 1,0750, dengan level support 1,055. "Apabila dollar Australia bisa menembus resistance, maka mata uang ini akan terus menguat ke level resistance berikutnya di posisi 1,085," ujar Putu.
Bahkan, dia optimistis, hingga akhir semester pertama tahun ini AUD/USD bisa menembus level 1,1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar