Jumat, 01 Juli 2011

Inflasi Melambat, Sahan Perbankan Melesat

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Saham perbankan pada akhir sesi siang ini terpantau melonjak. Hal ini dipicu rilisnya data inflasi Juni yang menunjukkan perlambatan 5 bulan berturut-turut.

Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) pada Jumat (1/7) siang ini bertengger di level Rp6.650, atau naik Rp150 (2,3%), Bank Mandiri (BMRI) naik Rp100 (1,38%) ke level Rp7.300 dan saham Bank Central Asia (BBCA) juga terpantau menguat Rp250 (3,3%) ke level Rp7.900 per lembarnya.

Sektor finansial menopang penguatan siang ini, dengan naik 2,03% ke 517,2 poin. Saham BBRI mendominasi perdagangan, dengan nilai transaksi mencapai Rp229 miliar, atau 8,8% dari total transaksi bursa siang ini. Sedangkan BMRI menduduki posisi ketiga kontribusi terhadap pergerakan IHSG, dengan nilai transaksi mencapai Rp163 miliar, atau 6,25%.

Lonjakan sektor perbankan tersebut terjadi, setelah rilisnya data inflasi Juni yang melambat untuk lima bulan berturut-turut. Hal ini menunjukkan bahwa tekanan terhadap bank sentral untuk menaikkan suku bunga acuan mulai mereda.

Pada Juni 2011, inflasi tercatat sebesar 0,5%. Sedangkan inflasi tahun kalender (Januari-Juni 2011) mencapai 1,06%, year on year (Juni 2011 dari Juni 2010) turun ke 5,54% dari 5,98% karena pada Juni 2010 angka inflasi 0,97%. Adapun inflasi inti tercatat 0,33% dan inflasi inti YoY 4,63%.

Analis Bumiputera Capital, Ridwan Novayanto menuturkan, inflasi tahunan yang turun berpengaruh positif terhadap saham sensitif suku bunga dan inflasi. Tak heran bila sektor perbankan menunjukkan penguatan. Adapun saham-saham pilihannya di sektor perbankan adalah BBRI dan BMRI ,”Masih ada peluang penguatan pada emiten-emiten ini,” katanya.

Menurut Ridwan, sentimen eksternal turut mendukung membaiknya bursa. Seperti disepakatinya rencana penghematan oleh Parlemen Yunani, guna mencegah permasalahan krisis utang menjadi default (gagal bayar), menjadi kabar baik lainnya. Kemudian data pengangguran AS pada Juni 2011 yang lebih baik dari bulan sebelumnya.

Senada dengan Head of Researh Valbury Asia Securities Alfiansyah. Menurutnya, sentimen Yunani merupakan faktor eksternal yang membawa angin segar bagi pergerakan bursa saham. “Kondisi ini didukung fundamental makro ekonomi Indonesia yang stabil, sehingga capital inflow masih mengalir deras,” ujarnya.

Di tengan situasi ini, Alfiansyah merekomendasikan saham-saham berfundamental kuat dan secara teknikal masih memberikan ruang untuk trading. Seperti BMRI dan BBRI. “Saya rekomendasikan trading buy jangka pendek, karena ada peluang ketidakpastian. Namun, untuk jangka panjang, bisa buy,” tukasnya.

Isfhan Helmi, analis dari Waterfront Sekuritas juga menjagokan saham BBRI dan BMRI. Menurutnya, selain karena inflasi, BMRI menarik karena masih didukung oleh faktor fundamental yang kuat, “Dengan likuiditas besar setelah right issue, LDR BMRI juga masih rendah sehingga tidak masalah dalam penyaluran kredit,” ujarnya.

Sedangkan BBRI menjadi pilihan karena pasar kreditnya yang sudah sangat solid, terutama untuk kredit mikro. Kondisi ini dapat mendukung pertumbuhan pendapatan perseroan,”BBRI pun tidak perlu khawatir jika BI rate dinaikkan,“ paparnya.

Kedua emiten ini pun berpeluang menguat dilihat secara teknikal. Yuganur Wijanarko, senior research HD Capital mengatakan, harga BMRI dapat mencapai Rp7.450. Ia menilai, pembentukan high di Rp7.200 setelah lima hari terkonsolidasi dengan volume cukup besar, memberikan harapan bahwa BMRI mulai keluar dari tahap sideways tren dan membentuk minor uptrend channel untuk mendekati all time high di Rp7.350.

Sedangkan target harga BBRI diperkirakan bisa mencapai level Rp6.800. Menurut Yuga, emiten ini mulai memberikan tanda breakout dari triangle, sehingga bila ada minor pullback medekati lower end di Rp6.450-6.300, direkomendasi untuk melakukan akumulasi target projected measured move dari breakout formasi ke Rp6.800.[mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar