Jumat, 01 Juli 2011

Semua Sentimen Berkonspirasi Dukung Market

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Rupiah menguat tajam setelah indeks domestik kembali mencetak rekor. Optimisme bailout Yunani, positifnya data inflasi dan neraca perdagangan Indonesia menjadi katalisnya.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, penguatan rupiah hari ini dipicu membaiknya kondisi eksternal setelah investor semakin optimistis terhadap penyelesaian krisis utang Yunani. Pasalnya, Parlemen Yunani sudah meloloskan voting penghematan fiskal sebagai syarat mendapatkan bailout.

Fokus pasar berikutnya, lanjut Firman, adalah pertemuan Uni Eropa hari Minggu (3/7) untuk menyusun rencana bailout baru Yunani. Pasar akan mengetahui kapan bailout dikucurkan dan berapa jumlahnya pada hari itu. "Karena itu, sepanjang perdagangan, rupiah mencapai level terkuatnya 8.538 dan 8.573 sebagai level terlemahnya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Jumat (1/7).

Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Jumat (1/7) ditutup menguat tajam 30 poin ke level 8.543/8.548 per dolar AS dari posisi kemarin 8.573/8.583 per dolar AS.

Apalagi, lanjut Firman, Uni Eropa sudah berkomitmen untuk memberikan bailout jika Parlemean Yunani meloloskan voting kebijakan penghematan fiskal. "Kondisi itu akan berpengaruh positif ke pasar global," timpalnya.

Terlebih lagi, perbankan Jerman dan Perancis sudah 'confirm' untuk berpartisipasi dalam rangka roll-over obligasi Yunani. "Jadi, kedua negara itu akan menukar obligasi lama dengan obligasi baru dengan tenor yang lebih tinggi hingga 30 tahun tapi juga dengan tingkat yield yang jauh lebih tinggi," paparnya.

Karena itu, imbuhnya, untuk sementara waktu, sentimen dari krisis utang Yunani akan mereda. Pada saat yang sama, market juga sudah mengantisipasi kenaikan suku bunga European Central Bank (ECB) pada Rapat Dewan Gubernur pada Kamis (7/7) yang sudah diprediksikan akan kembali naik. "Angkanya akan dinaikkan dari level 0,25% ke level 0,50%," paparnya.

Di sisi lain, lanjutnya, penguatan rupiah juga didukung oleh meredanya inflasi Indonesia untuk Juni 2011. Meski inflasi bulanannya lebih tinggi ke level 0,55%, dari level 0,12% pada Mei, inflasi year on year (Juni 2011 dari Juni 2010) lebih rendah ke level 5,54% dari 5,98%. "Sebab, pada Juni 2010 angka inflasi 0,97%," timpalnya.

Lalu, tambah Firman, neraca perdagangan Indonesia juga meningkat sehingga turut memperkuat rupiah. Ekspor Indonesia mengalami kenaikan jadi US$18,33 miliar dari sebelumnya US$16,52 miliar. Sementara itu, impor mengalami penurunan tipis ke level US$14,83 miliar dari sebelumnya US$14,89 miliar. Karena itu, Indonesia mengalami surplus US$3,5 miliar dari sebelumnya US$1,63 miliar. "Jadi, sentimen eksternal dan internal secara umum positif," imbuh Firman.

Alhasil, dolar AS melemah terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). "Terhadap euro, dolar AS melemah ke level US$1,4528 dari posisi sebelumnya US$1,4504 per euro," imbuhnya.

Dari bursa saham, Head of Researh Valbury Asia Securities Alfiansyah mengatakan, penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) hari ini sebesar 38,53 poin (0,99%) ke level 3.927,098 dipicu oleh positifnya sentimen global setelah Perdana Menteri Yunani George Papandreou memperoleh persetujuan untuk mengotorisasi paket penghematan senilai total 78 euro dan privatisasi aset negara pada voting parlemen kedua. “Voting tersebut menjadi kunci untuk menerima bantuan keuangan internasional tahap berikutnya,” ujarnya.

Kondisi itu, lanjutnya, mendapat dukungan dari internal. Pasar melihat, fundamental makro ekonomi Indonesia dalam posisi yang stabil sehingga capital inflow masih mengalir deras meskipun inflasi Juni yang diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) mengalami peningkatan ke level 0,55% (month to month) dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. “Tapi, jika melihat inflasi tahunannya relatif masih stabil,” imbuh Alfiansyah. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar